Puluhan Sastrawan Hadiri FGD Forum Sastra Kepulauan, Apa yang Terjadi ?

Puluhan Sastrawan
Puluhan Sastrawan hadiri FGD di Studio Kita Makassar

NusantaraInsight, Makassar — Puluhan Sastrawan Sulawesi Selatan menghadiri Focus Group Discussion (FGD) di Studio Kita Makassar, Hartaco Indah Blok 4 AD nomor 10, Parangtambung Kecamatan Tamalate Makassar, Senin (30/12/2024).

Apa yang terjadi jika 41 Sastrawan berkumpul di markas Forum Sastra Kepulauan milik Asia Ramli Prapanca?

Ternyata yang terjadi adalah munculnya ratusan ide untuk Forum Sastra Kepulauan sebagai catatan atau masukan untuk menyusun agenda kegiatan pada tahun 2025 mendatang.

Acara yang sedianya dipantik oleh dua orang Sastrawan yakni Mahrus Andis dan Aslan Abidin serta dipandu oleh Anil Hukma, berubah menjadi 17 pantikan dari peserta yang hadir.

Nama-nama seperti Yudhistira Sukatanya, Armin Mustamin Toputiri, Rusdin Tompo, Tri Astoto, Andi Wanua Tangke, Amir Jaya, Ishakim, Azis Nojeng, Anwar Nasyaruddin, shaf Muhtamar, Syahril Patakaki, Idwar Anwar, Bahar Merdhu, Asmin Amin, Asnawin Aminuddin, Andi Ruhban, Rahman Rumaday dan sejumlah nama besar lainnya menghiasi FGD ini.

Bahkan mereka menjadi pemantik dari diskusi ini. Tak urung salah satu peserta nyeletuk, “Kalau semua jadi pemantik, sudah menyala ini diskusi.”

BACA JUGA:  KADO ULANGTAHUN DIBUNGKUS KERTAS PUISI

Pemrakarsa acara Asia Ramli Prapanca yang kerap disapa Ram Prapanca, ketika ditemui usai acara menyebutkan bahwa Forum Sastra Kepulauan ini mengangkat tema, Sastra Kepulauan, Representasi, Identitas, Nilai dan Fungsi Budaya Kepulauan menghadirkan 41 orang ini bertujuan untuk mengumpulkan data atau masukan-masukan dari para peserta.

“Ini juga bertujuan sebagai landasan untuk memperkuat pijakan-pijakan kami untuk melakukan penawaran kegiatan, baik itu forum ataupun festival Sastra Kepulauan,” ungkapnya.

“Tentu pada tahun 2025 nanti, kita di Forum Sastra Kepulauan akan menggali dan menampilkan sastra kepulauan baik itu berupa cerita rakyat, mitos atau legenda. Namun kami tidak menutup mata juga untuk menampilkan sastra modern dalam kegiatan kita nanti,” tuturnya.

“Tentu sastra modern ini masih beririsan dengan budaya-budaya kepulauan. Budaya kepulauan ini, bukan hanya menyasar pada pulau-pulau kecil, tapi masuk juga untuk budaya pulau-pulau besar seperti Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Sumatera tentunya,’ papar Ram Prapanca.

Dan ini tidak ada batasan, lanjutnya, sastra lisan, tulis, nyanyian, lukis dan tari bahkan akan dibuat film.

BACA JUGA:  Rektor UNM Prof Karta Jayadi Buka Pemeran Seni Rupa "Menerjemah Ruang"

“Jadi tidak hanya menampilkan seminar semata namun juga ada pertunjukan baca puisi, tari, pameran lukisan dan tentu pertunjukan teater,” kata Ram Prapanca.

Ia menambahkan bahwa mereka telah memilih beberapa lokasi yang akan dijadikan ajang atau pusat kegiatan Sastra Kepulauan pada tahun 2025.