Rahman Rumaday
(Founder K-Apel)
NusantaraInsight, Makassar — Senin, 13 November 2023, literasi Qur’an bersama ibu-ibu Rempong, yang merupakan binaan Komunitas Anak Pelangi (K-Apel) berpusat di rumah pak Mustakim dan Ibu Ismi.
Hari itu, seperti biasa, matahari tidak lagi menampakkan cahayanya dilangit sebagian bumi Kota Angin Mamiri, mungkin pergi berbagi cinta dilangit belahan bumi yang lain, tidak lagi memberi semangat menyinari langit biru Kota Angin Mamiri. seperti itulah cinta. Cinta sejati adalah ketika orang lain merasakan manfaat dari setiap kita seperti cinta yang tergambar dalam salah satu huruf Hijaiyah yaitu Alif Washal “Cinta yang terdapat pada Alif Washal yakni Menyambungkan yang terputus, menyatukan yang berserakan, mendamaikan yang Mist-Communication.” ~ Rahman Rumaday
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati.” ~ Al-Hujurat Ayat 10
Namun, sinarnya itu tidak sehebat semangat ibu-ibu Rempong Komunitas Anak Pelangi (K-Apel) yang telah bersiap sejak siang dengan saling mengingatkan di grup WhatsApp yang diberi nama grup PACE akronim dari Parang Tambung Ceria untuk menjelajahi lautan ilmu dan hikma dari kitab suci, malam setelah sholat isya’ sebagaimana jadwalnya yang sudah ditetapkan yakni setiap malam selasa dan malam sabtu selepas sholat isya’
Malam pun tiba waktu sholat isya’ juga telah usai, saya sebagai orang yang dipercaya sama ibu-ibu Rempong untuk sama-sama belajar menjelajahi Qur’an lewat ilmu tajwid siap menuju Rumah pak Mustakim dan Ibu Ismi di Jalan Daeng Muda yang menjadi pusat belajar ibu-ibu Rempong, saat memasuki ruang tempat dimana ibu-ibu belajar ruang tersebut dipenuhi aroma Durian menyapa dua lubang kecil di wajah pengganti alat detektor yang mendeteksi apakah ini benar aroma durian atau aroma lain yang serupa, sejenis buah yang dikenal karena aromanya yang menyengat. berdaging dan rasanya yang manis juga membuat buah ini sering disebut sebagai raja buah atau king of fruits.
Juga tak kala pentingnya adalah senyum hangat ibu-ibu Rempong yang sejak dari tadi hadir duluan menyapa seantoro ruang berukuran 7×10. Lalu 5 menit kemudian saya bersama ibu-ibu Rempong siap untuk memulai belajar Qur’an yang didahului dengan membaca satu-satu secara bergeliran. Sinar lampu dari atas plafon menerangi setiap lembaran-lembaran Al-Qur’an yang terbuka di hadapan ibu-ibu rempong. Namun cahaya dari atas plafon itu tidak bertahan lama tuk! (Bunyi saklar) Gelap! Mati lampu guman ibu-ibu serentak dari balik tirai gelap, giliran ta’ mi (logat Makassar) bu mati lampu kata salah seorang ibu dari balik gelap, ditempat saya tadi siang kata ibu yang lain. Sampai kapan ini begini terus PLN? Rusak mi kulkas di rumah tidak dingin lagi, AC di rumah ku juga tidak dingin mi gara-gara tiba-tiba mati lampu terus. Keluh ibu-ibu yang ditumpahkan dalam ruang gelap.