Beban Kota Terlalu Berat

Kota
Kendaraan merambat di Jalan Leimena Makassar

NusantaraInsight, Makassar — Beberapa hari yang lalu, Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin (Appi) melintas di Jl. Dr.Leimena dari arah jalan baru yang menghubungkannya dengan Jl. Perintis Kemerdekaan. Melihat ada beberapa mobil melawan arah, dia turun dari kendaraannya. Didampingi — mungkin ajudannya –, Appi memarahi dua pengemudi mobil yang melanggar rambu “Jalan Satu Arah” yang terpasang di dekat jembatan kecil di atas kanal PDAM.

“Kenapa melanggar. Bapak tidak sekolah? Tidak boleh Bapak melanggar membuat jalan macet!,” sergah Appi.

Seorang pengemudi setelah menurunkan kaca di samping pengemudi, berusaha berkelit. Tetapi, Appi tetap ‘menyemprot’-nya dengan kata-kata. Mungkin pengemudi ini ingin berdalih bahwa dia melanggar karena mengikuti kendaraan-kendaraan lainnya.

Kalau Appi “naik pitam”, memang wajar. Soalnya, sudah tahu banyak kendaraan dari arah depan yang benar, masih ada juga yang ngotot dan nekat melabrak rambu lalu lintas. Jadi, pantas saja Appi bertanya “tidak sekolah” karena dianggap tidak dapat membaca rambu lalu lintas yang terpasang. Tidak memahami maksud rambu lalu lintas yang dilewatinya. Pada umumnya para pengemudi yang bandel ini sadar kalau dia melanggar rambu, tetapi tidak memiliki kesadaran menaati aturan lalu lintas/rambu jalan.

BACA JUGA:  Kualifikasi Piala Dunia Grup C Zona Asia: Indonesia Gagal Taklukkan Australia

Pendidikan kita memang mengajarkan dan mendidik orang menjadi pintar, tetapi tidak mendidik orang memiliki integritas dan memiliki kesadaran untuk tidak melakukan sesuatu yang berlawanan dengan aturan. Mereka yang kita saksikan di layar kaca mengenakan rompi oranye, rata-rata orang berpendidikan dan cerdas, namun mereka memanfaatkan kecerdasan dan kepintarannya menyulap kesempatan di tengah kesempitan.

Sehari setelah Appi ‘memarahi’ pengemudi yang bandel di Jl. Leimena tersebut, keesokan hari saya melintas di Jl. Inspeksi PDAM yang sejejer dengan Jl. Leimena. Terparkir satu unit mobil patroli polisi di depan Pos Polisi yang kebanyakan hari lebih banyak sepi. Dari arah berlawan dengan arah yang benar, tidak ada kendaraan yang melintas. Namun ketika saya kembali pada siang hari, kendaraan dari arah berlawanan mulai ramai lagi. Rupanya mobil polisi sudah pergi.

Pemandangan yang sama saya saksikan 25 April 2025, siang. Siang itu, kendaraan kurang padat, sehingga saya bisa sedikit ‘ngegas’ Kijang tua menyusuri jalan di tepi kanal PDAM yang rutin saya lewat saban hari saat ke kampus. Di jembatan kecil mendaki yang membentang di atas kanal PDAM, sebuah mobil sudah berada di atas jembatan. Mobil ini dipastikan akan melawan arah. Namun dia tiba-tiba berbalik arah di Jl. Leimena, di depan papan yang bertulis “Jalan Satu Arah”. Tampaknya, pengemudi ini tidak melihat sebuah mobil patroli polisi yang sedikit “ngumpet” di bawah sebatang pohon di sisi jalan Leimena sebelah kanan, yang memang tidak terlihat jelas dari arah Jl.Inspeksi PDAM sebelum jembatan kecil itu.