NusantaraInsight, Makassar — Lomba Innovative Major Award (IMA) 2023 Tingkat Kota Makassar, memasuki salah satu tahapan penting. Yakni, verifikasi lapangan oleh Tim Juri IMA, yang masuk 6 besar peserta Lomba IMA 2023, pada Senin, 30 Oktober 2023. Salah satunya, SD Negeri Rappocini, di Jalan Cilallang Jaya No. 30 Makassar.
Tim Juri terdiri dari Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kota Makassar, H Andi Bukti Djufrie, SP, M.Si, Prof Dr Anwar Ramli, SE, M.Si, dan Kepala Bidang Teknologi dan Inovasi Balitbangda Kota Makassar, Dr Muhammad Amri Akbar, SP, M.Si.
Begitu memasuki gerbang sekolah, Tim disambut Tari Paduppa dan yel-yel “Halte Literasi”. Murid-murid SD yang berada di Kelurahan Buakana, Kecamatan Rappocini ini juga mempersembahkan Tari Gandrang Bulo, yang hadirkan suasana gembira.
Selama verifikasi lapangan, Tim Juri berinteraksi dengan anak-anak yang merupakan Duta Literasi. Juga dengan orangtua siswa yang tergabung dalam komunitas Gesit Ta’ (gerak cepat selalu inovatif keluarga kita).
Tim bertanya seputar aktivitas membaca dan bacaan yang diakses anak-anak. Disampaikan bahwa ada “Halte Literasi” yang menyediakan bacaan bagi anak-anak. Namun, ada pula bacaan yang khusus disediakan bagi orangtua, yang disebut “Literasi Keluarga”, disingkat LIGA. Bahan bacaan pada LIGA, yang juga merupakan inovasi sekolah, merupakan hasil donasi buku dari orangtua.
Kepala UPT SPF SD Negeri Rappocini, Juli Astutik, S.Pd, M.Pd, terlihat begitu bersemangat menyambut tamu-tamu istimewanya. Guru-guru, murid-murid, orangtua siswa, dan Komite Sekolah juga terlihat kompak dan saling dukung, demi suksesnya kegiatan verifikasi lapangan ini.
Juli Astutik mengungkapkan, “Halte Literasi” ini diajukan karena pertimbangan kemanfaatan. Program ini dinilai paling banyak mendatangkan manfaat langsung kepada siswa. Lagi pula, “Halte Literasi” dalam pelaksanaannya juga melibatkan orangtua. Jadi dia menyampaikan hal ini terlebih dahulu kepada orangtua agar mendapat pesertujuan.
Menurutnya, biar bagaimanapun, orangtua dan guru yang terlibat dalam inovasi ini. Pelibatan guru-guru pun begitu. Manajemen yang digunakan, yakni mendelegasikan kewenangan dan berbagi tugas dengan para guru. Pendekatan berbagi tugas ini agar pelaksanaan program bisa lebih efektif kegiatan.
Jadi, ada yang bertugas di program “Halte Literasi”, di program Gesit Ta’, di LIGA), di S3 (seribuku, seribumu, seribu kita semua) Markisa’ (mariki sedekah sampahta) dll.
Juli Astutik melanjutkan cerita di balik program inovasi “Halte Literasi”. Katanya, pagar besi yang jadi rak-rak buku, tadinya merupakan bekas pagar tanaman. Pagar besi ini semula merupakan pembatas taman dengan teras kelas.