Karya: Rusdin Tompo
di sungai Jeneberang pikiranku sungsang
mendengar seorang ibu mengabarkan kepulangan
ia tak lagi punya pilihan selain kehilangan
diksi paling ganjil yang tetiba mengalir dalam keheningan
dari Aare di Swiss yang gigil
tak habis-habis larik-larik doa mewujud puisi
dikirim dari relung hati, dilarungkan bersama melati
hanya goresan nama yang tersemat sebagai pengingat
bahwa pernah ada seorang jejaka datang dengan sebuket rindu
tapi sungai mencemburuinya
menariknya dalam-dalam
dengan tangan-tangan arus nan halus
hingga parasnya tempias jadi buih
menyatu dalam kebeningan zikir ilahi Rabbi
Kopilimana, 14 Juni 2022