NusantaraInsight, Makassar — Normalnya, seseorang apabila mendengar keluarga, kerabat dan sahabatnya masuk di Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada suatu Rumah Sakit akan dipenuhi dengan kekalutan dan juga kekhawatiran.
Mereka tentu dengan tenang menunggu informasi tentang keadaan pasien yang sementara menjalani penanganan dari petugas medis.
Namun berbeda dengan Sang Karaeng yang dirawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) para keluarga, sahabat dan juga kerabatnya justru membuat heboh di depan ruangan IGD.
Kehebohan di depan ruang IGD itu disajikan dengan apik oleh Sinerji Teater Makassar dalam Drama “Sang Karaeng di IGD” pada Jumat-Sabtu malam (20-21/9/2024) di Gedung Multimedia Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan.
Drama Sang Karaeng di IGD yang didukung Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sulsel dan BAZNAS Kota Makassar itu, diarahkan oleh Sutradara Yudhistira Sukatanya dibantu oleh Asisten Sutradara Syahril Daeng Nassa dan Dewi Ritayana selaku Pelaksana Produksi.
Drama Sang Karaeng di IGD bermula ketika Sang Karaeng (tokoh fiktif) dirawat di ruang IGD. Mendengar Sang Karaeng dalam perawatan banyak anggota keluarga, sahabat, kerabat dan handai tolan datang membesuk.
Tapi tujuan mereka untuk membesuk dihalangi oleh seorang penjaga (Noel Putra Spanyol) yang tidak memperkenankan mereka masuk ke ruang IGD.
Akibat dihalangi masuk oleh penjaga, sehingga membuat para pembesuk Sang Karaeng yang terdiri dari Daeng Sekke (Etty Abidin), anak Daeng Sekke (Aulia), Daeng Jannang (Icha Faizah), Daeng Sayang (Andini Aang), Syahril Daeng Nassa (Ustad Daeng Juma) dan seorang pengurus panti (Irma Jabbar) menjadi murka, sehingga terjadi silang pendapat antara para pembesuk dan penjaga ruang IGD.
Karena alotnya silang pendapat sehingga seorang perawat (Diana Fonora) nyaris disandera oleh para pembesuk yang mendesak ingin mengetahui keadaan terakhir Sang Karaeng.
Bahkan seseorang yang mengaku sahabat Sang Karaeng, I Lompo Carita (Dewa Anugrah Agung) nyaris menjadi korban kemarahan dari para pembesuk yang semakin tidak sabar ingin mengetahui keadaan terakhir Sang Karaeng yang menjadi panutannya.
Kehebohan di depan ruang IGD mulai kondusif ketika Penasihat Sang Karaeng (Salman Egi Hadian) hadir ketika keadaan mulai tak terkendali.
Sang Penasihat kemudian masuk ke ruang IGD untuk melihat langsung keadaan terakhir dari Sang Karaeng. Ia pun kemudian memberikan petuah-petuah kepada para pembesuk yang merupakan pengagum Sang Karaeng dan penjaga ruang IGD memberikan buku-buku dari Sang Karaeng yang intinya agar mendekatkan diri kepada Tuhan dan berbuat baik kepada sesama manusia.