Sedikit refleksi atas praktik politik yang miris tersaji di masyarakat, di mana “suara rakyat hanya dicari saat pemilu, namun kebijakan untuk membangun kemandirian masyarakat sering terabaikan. Kalau ada regulasi yang buat mengenai itu lebih pada sekedar menggugurkan kewajiban bukan menjalan kewajiban ujung-ujungnya masyarakat hanya bergantung pada kapan dapat bantuan lagi. Sebuah realitas yang menyentuh dan membutuhkan perubahan pola pikir pemerintah (legislatif dan eksekutif) terhadap rakyat yang dipimpin. Ucap saya dalam diskusi singkat tersebut.
“Ketika politik mengajarkan bahwa tugas politikus sesungguhnya melaksanakan kehendak rakyat, namun yang terjadi mereka hanya mementingkan dirinya sendiri.” ~ Joseph Schumpeter
Disaat diskusi tentang mengelola masyarakat makin asyik dan menarik. tetiba! Public Information Service melalui pengeras suara “Penumpang pesawat Citilink Indonesia dengan nomor penerbangan … tujuan Makassar dipersilahkan untuk segera naik ke pesawat melalui pintu 27.” Kami pun bersiap-siap menuju get 27 lewat garbarata
Meskipun pintu pesawat menuju Makassar sudah terbuka, diskusi kami tidak terhenti. Dengan antusiasme, kak Cawi melanjutkan pembicaraan tetap berlanjut hingga kami tiba di petugas pemeriksaan tiket dan identitas penumpang.
Kak Cawi mengakhiri pembicaraannya dengan menyimpulkan bahwa perlu waktu untuk memaparkan ide-ide tersebut, dan saya pun setuju atas usulan kak Cawi itu untuk melanjutkan pembicaraan pada waktu yang lebih tepat nanti di Makassar.
Bagi saya pertemuan tak terduga dengan kak Cawi ini tidak hanya memberikan wawasan baru pada saya tentang pemberdayaan masyarakat, tetapi juga menjadi dorongan bagi saya untuk terlibat aktif dalam membangun kemandirian di tengah dinamika masyarakat yang terus berubah.
Bagi saya pahlawan sejati adalah bisa membantu orang bangkit dari duduknya dengan lututnya sendiri, membantu dapat jalan dengan pikirannya ‘Khoirunnas anfauhum linnas” (Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat pada orang lain)
“… dan barangsiapa (yang bersedia) membantu keperluan saudaranya, maka Allah (akan senantiasa) membantu keperluannya.” ~Hadits
“Kita tidak sedang bekerja mencari uang/pujian dari orang tetapi kita sedang bekerja melalui rangkaian pengabdian
dengan daya dan kreatifitas kita untuk membuat Rasulullah Tersenyum.”
“Tidak perlu menunggu sampai mampu baru berbuat tapi berbuatlah apa yang bisa kau perbuat sesuai potensi dan kemampuan yang kau miliki karena sebaik-baik kau adalah bermanfaat untuk orang lain, dan yakinlah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan menilai dan senantiasa memberikan kemudahan dan jalan keluar di dalamnya.”