Oleh: Rusdin Tompo (Koordinator SATUPENA Sulawesi Selatan)
NusantaraInsight, Makassar — Judul tulisan ini terkait tulisan yang pernah saya buat ketika mengikuti lomba yang diadakan oleh Radio BBC London. Persisnya, judul tulisan itu berbunyi, “Karier Saya Dimulai Dengan Rp50”. Esai saya itu berdasarkan pengalaman ketika mendaftar sebagai penyiar di Radio Venus AM.
Radio BBC merupakan bisnis operasional dan layanan dari British Broadcasting Corporation (BBC), yang berdiri sejak tahun 1927 di Britania Raya. Layanan ini menyediakan stasiun radio nasional mencakup sebagian besar genre musik, dan stasiun radio lokal yang meliputi berita, urusan, dan minat lokal. Sementara BBC Siaran Indonesia pertama kali mengudara pada tanggal 30 Oktober 1949.
Saya lupa, dalam rangka apa lomba itu diadakan. Namun, saya masih ingat, uang Rp50 itu merupakan biaya fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), yang diberikan kakak saya, Rustam Tompo. Kala itu, biaya fotokopi masih Rp25/lembar. Karena fotokopi KTP-nya timbal balik maka menjadi Rp50. Fotokopi KTP itu sebagai syarat berkas, melengkapi surat lamaran kerja dan ijazah.
Saat mendaftar di Radio Venus AM, yang beralamat di Kompleks Permata Hijau Permai Blok L Nomor 9, leher saya masih diperban, setelah ditembak dengan senapan angin. Kejadiannya di pengujung tahun 1993. Sehingga masih dalam proses penyembuhan, ketika saya mencoba mendaftar sebagai broadcaster di awal tahun 1994.
Letak studio Radio Venus AM ini tidak jauh dari rumah kami. Mungkin kurang dari 50 meter. Mudah dijangkau dengan berjalan kaki. Dahulu, sebelum dibangun Perumnas Panakkukang III, studio radio itu malah masih bisa dilihat dari rumah kami. Karena lahan yang kemudian dibangun perumahan itu, tadinya berupa balang kangkung,
Sebelum masuk tahun baru 1994, saya sudah membuat resolusi, akan meninggalkan aktivitas sebagai padekor. Padekor ini bahasa Makassar untuk menyebut orang yang mendekor atau membuat dekorasi untuk kepentingan suatu hajatan. Bisa kawinan, akikah, atau perayaan ulang tahun.
Pekerjaan saya, saat itu, memang mendekor acara-acara pesta pekawinan. Pekerjaan ini saya geluti mungkin sejak 1988/1989, saat masih mahasiswa. Saya kemudian memutuskan berhenti bekerja sebagai padekor, salah satu alasannya karena honor yang tak pasti. Paling besar kami dibayar Rp100.000. Padahal, kami bekerja bisa 3-5 hari di lokasi acara di mana pesta pernikahan itu akan digelar.
Untungnya, servis yang diberikan si empunya rumah selalu terjamin. Rokok, kopi, dan penganan tradisional selalu tersedia. Kalau tiba waktu makan, tuan rumah akan menyediakan makanan yang disajikan di kappara, yakni baki besar yang di atasnya diletakkan beberapa piring berisi menu hari itu. Satu kappara itu, bisa terdiri dari nasi, sayur, ikan paklumara, ayam goreng, dan kobokannya.