Muhasabah Diri di Tahun Baru Islam

Oleh : Mohammad Muttaqin Azikin*

NusantaraInsight, Makassar — Setiap tanggal 1 Muharram, menjadi penanda bagi kaum Muslimin akan datangnya awal tahun baru Islam. Momentum ini, menegaskan kepada kita akan sebuah fase perjalanan telah dilewati, dan bersiap memasuki fase waktu berikutnya. Mungkin yang tepat kita lakukan dalam kaitan ini, ialah melakukan evaluasi dan muhasabah diri. Sejauh mana kita umat Islam, telah mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam dengan baik, di negeri tercinta ini.

Sebagai agama kemanusiaan, Islam seperti diyakini, memiliki tuntunan filosofis dalam rangka menyelamatkan arah perubahan sejarah peradaban manusia. Dalam filsafat penciptaan, Allah SWT yang merupakan Causa Prima ‘menitiskan’ derivasi kemuliaan cinta-Nya kepada Nur Muhammad, sebagai kerangka dasar lahirnya penciptaan semua fenomena alam. Dari sinilah tajalliyat Allah di bumi diawali dan diakhiri. Oleh karena manusia merupakan Khalifatullah di bumi, maka dengan demikian tanggung jawab penyelamatan peradaban umat manusia ada di pundak mereka.

Islam diturunkan Tuhan untuk mengubah dunia, dalam bentuknya sebagai agama yang mempunyai landasan nilai-nilai dalam kehidupan, berhadapan dengan berbagai kemerosotan pada dimensi kehidupan masyarakat. Konsepsi Islam tentang perubahan, bukanlah sesuatu yang bersifat deterministik. Akan tetapi, ia merupakan hasil dari kondisi-kondisi alamiah, yang pada batas tertentu, dapat ditundukkan oleh kehendak dan pilihan manusia. Karenanya, sebuah perubahan bergerak dari kehendak dan pilihan, bukan keterpaksaan. Sebab itu, dalam pandangan Islam, manusia adalah pencipta perubahan. Al-Quranul Karim mengemukakan : “Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, sampai kaum itu mau mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Al-Anfal : 53) dalam firman lain, “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d : 11)

BACA JUGA:  Jejak Toleransi : Pelajaran Mozarabes di Semenanjung Iberia untuk Indonesia

Lantas, bagaimana dengan umat Islam di negeri ini, yang jumlahnya mayoritas? Adakah kualitas kehidupan umat, sudah sebanding dengan kuantitasnya? Tampaknya, dalam kenyataan yang ada, hal kesenjangan inilah yang masih merisaukan berbagai pihak. Lalu, kapankah kita menjadi umat terbaik seperti yang digambarkan Quran dalam Surah Ali Imran 110? Tentu saja bila berbicara mengenai kualitas umat, tidak mungkin dipisahkan dengan kualitas dari individu-individu Muslim. Menarik untuk direnungkan, penggalan puisi dari KH. Mustofa Bisri, yang berjudul “Selamat Tahun Baru Kawan”: