Rahman Rumaday
(Founder K-Apel)
NusantaraInsight, Makassar — Kegiatan diseminasi gerakan moderasi beragama di Hotel Claro pada tanggal 2 Juli 2024, diselenggarakan oleh Balai Litbang Kementerian Agama Kota Makassar kegiatan ini melibatkan komunitas seniman dan pegiat literasi untuk berpartisipasi dalam diskusi yang mendalam mengenai pentingnya moderasi beragama sehingga peserta yang dihadirkan pun dibatasi kurang lebih 30 orang termasuk saya dengan 4 orang lainnya dari Komunitas Anak Pelangi (K-Apel) yang turut diundang.
Dalam kegiatan yang keren ini mengahdirkan narasumber yaitu Kepala Balai Litbang Kementerian Agama Kota Makassar, Dr. H. Saprillah, M.Si, dan Sekretaris Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI, Prof. Dr. M. Arskal Salim. GP., M.Ag. Diskusi ini dipandu oleh Dr. Azis Nojeng, yang berhasil menciptakan suasana interaktif dan penuh antusiasme di antara peserta yang hadir.
Kenapa saya bilang acara ini keren? Pertama, karena pesertanya dalam jumlah kecil sehingga diskusinya pun efektif dan tepat sesuai yang diinginkan dari acara tersebut. Dari pengalaman saya mengikuti beberapa acara serupa, seperti kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dengan peserta ratusan, seringkali tujuan kegiatan tersebut hanya seperti menggugurkan kewajiban karena masuk dalam program kerja. Namun, dalam acara ini, diskusi berjalan lebih fokus dan mendalam sehingga setiap peserta benar-benar berkontribusi dan mendapatkan pemahaman yang lebih jelas tentang topik yang dibahas.
Kedua, narasumber yang dihadirkan dalam acara tersebut sangat mumpuni di bidangnya. memiliki pemahaman yang mendalam tentang fiqih kontemporer dan pengalaman lapangan yang luar biasa. Seperti Dr. H. Saprillah, M.Si, Kepala Balai Litbang Kementerian Agama Kota Makassar, atau dikenal dengan nama pena Pepi Al Bayqunie, penulis novel “Calabai: Perempuan dalam Tubuh Lelaki.” Mungkin karena, latar belakangnya lulusan pesantren turut memperkaya perspektifnya. Barusan saya mengikuti kegiatan diskusi seperti ini dengan serius, sampai catatan saya memenuhi sejumlah lembar kertas, ini menunjukkan betapa berharga dan inspiratifnya apa yang dipapar dalam acara tersebut tidak ada teori yang mendominasi namun pengalaman dan wawasan yang bermutu dan mengedukasi.
Dalam sesi diskusi, saya berkesempatan untuk memberikan masukan yang penting terkait pelaksanaan kegiatan diseminasi gerakan moderasi beragama ini. Saya menyampaikan bahwa acara seperti ini tidak hanya berakhir di hotel berbintang dan kalangan masyarakat terpelajar saja. Saya menyarankan agar kegiatan ini dapat menjangkau masyarakat lapisan paling bawah, karena konflik sosial sering terjadi di tingkat tersebut akibat informasi yang tidak tersaring dan ter-share dengan baik. Penyampaian informasi yang tepat dan merata sangat diperlukan untuk menciptakan kedamaian dan pemahaman yang lebih baik di masyarakat.