Ibu-Ibu K-apel Lorong Daeng Jakking Menenun Jihad dengan Cinta dan Tadabbur

NusantaraInsight, Makassar — Kegiatan rutin Literasi Qur’an (LiQo) setiap malam Jum’at dan malam Minggu ibu-ibu Komunitas Anak Pelangi (K-apel) Lorong Daeng Jakking, Kelurahan Parang Tambung, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Forum LiQo adalah wadah untuk menyelami firman Ilahi melalui mengaji sekaligus sebagai wadah silaturahmi ibu-ibu selain belajar mengaji, belajar tajwid juga mentadabburi ayat.

Kamis. Malam, 22 Mei 2025. Membaca, belajar tajwid, dan tadabbur Surat At-Taubah ayat 16. yang artinya :
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), padahal Allah belum mengetahui orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” ~ QS. At-Taubah : 16

Ibu-ibu yang dirahmati Allah SWT. Bahwa ayat ini bukan sekadar petikan teks suci, namun menjadi cermin perjuangan ibu-ibu dalam jihad yang senyap tapi tidak kalah agung. Jihad ibu-ibu bukan dengan pedang, bukan dengan peluru, bukan dengan meriam, melainkan dengan peluh, air mata, dan keikhlasan yang tulus. Ibu-ibu berjihad di dapur, di ruang tamu, dan di kamar anak-anak ibu-ibu. Ibu-ibu merawat, mendidik, dan melayani suami, anak-anak dalam diam tanpa tepuk tangan, tanpa sorotan kamera, karena ibu-ibu bukan selebriti.

BACA JUGA:  Relawan Rumah Zakat Sulsel Laksanakan Kampus Relawan, ini Tujuannya

Ibu-ibu adalah mujahidah. Setiap kali ibu-ibu menyuapi anak ta’, membersihkan rumah ta’, dan menyambut suami ta’ dengan senyum meski kelelahan mendera itulah jihad. Setiap kali ibu-ibu menahan rasa kantuk untuk datang mengaji, mengalahkan godaan sinetron di layar TV, atau tawaran rehat dari keluarga demi hadir mengaji itulah kemenangan melawan hawa nafsu.

Ibu-ibu… melawan hawa nafsu adalah jihad paling besar… Sebagaimana dikisahkan bahwa suatu ketika, Nabi SAW usai kembali dari perang badar salah satu perang terbesar saat itu bersama para sahabat-Nya, dan pulang dengan membawa kemenangan besar di Perang tersebut, Nabi Muhammad SAW, duduk bersama para sahabat-Nya yang wajahnya masih berdebu dan tubuhnya letih oleh pertempuran. Udara tenang, namun hati mereka berkecamuk saat Nabi SAW, memandang mereka dengan mata yang teduh namun tajam, lalu berkata, “Kita akan menghadapi perang yang lebih besar dari perang badar.” Para sahabat saling berpandangan, dahi mereka berkerut, dan kegelisahan pun muncul. “Perang apa lagi yang lebih besar dari Perang Badar, wahai Rasulullah?” tanya salah satu dari mereka, nyaris tidak percaya. Nabi SAW, tersenyum lembut, seakan ingin menenangkan jiwa-jiwa yang baru saja kembali dari ujian hidup dan mati. Dengan suara penuh hikmah, Rasulullah SAW menjawab, “Perang yang lebih besar yang akan kita hadapi adalah perang melawan hawa nafsu.” Maka terdiam mereka, perlahan menyadari bahwa musuh sejati ternyata bukan yang mengangkat pedang, melainkan yang bersemayam di dada, berbisik lembut namun menggoda dan perjuangan melawannya adalah jihad yang tidak pernah selesai.