Mewaspadai “Anjing Neraka”

Mewaspadai anjing neraka oleh Nazwar, S. Fil. I., M. Phil
Nazwar, S. Fil. I., M. Phil

Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil. (Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera dan Wartawan Fokus Berita Nasional)

NusantaraInsight, Palembang — Sikap waspada terhadap “al-kalb an-naar” atau anjing neraka semata tidak terhadap keberadaan dan akibat dari perbuatan mereka, namun juga berlindung kepada Allah daripada menjadi (bagian) dari mereka. Sebab keburukan sebagian “al-kalb an-naar” tidak semata berkaitan dengan kehidupan dunia yang telah diingatkan dengan berbagai cara namun bersikap bebal namun sikap buruk ala anjing terbawa hingga akhirat kelak yaitu dengan neraka sebagai tempat kembalinya.

Sebutan anjing neraka adalah lantaran sebagai manusia namun bersikap layaknya hewan dengan tabiat yang sangat buruk. Diingatkan masih saja mengulang bahkan dapat semakin buruk saja sikapnya menjelma tabiat yang ditularkan kepada banyak orang sehingga jadi lah mereka (seperti) kelompok, yaitu manusia-manusia bertabiat hewan yaitu anjing tadi.
Firman Allah dalam kitab suci al-Qur’an tentang sikap orang-orang kafir yang tetap dalam kekafiran sebagai perumpaan yang buruk yaitu meski telah diingatkan oleh Rasul; jika kau menghalau mereka menjulurkan lidah dan kau biarkan mereka menjulurkan lidahnya juga.

BACA JUGA:  Pelatihan Pelatih Paduan Suara Berakhir, ini Pesan Yohan Tinungki

“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami, kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, maka syaitanpun menjadikan dia pengikutnya, lalu jadilah dia daripada orang-orang yang tersesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya maka dia menjulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya, dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berfikir” (QS al-A’raf:175-176).
Dikisahkan di zaman Sahabat terdapat kelompok yang menyerupai sikap mereka. Terdapat pendapat yang menunjuk kelompok ini adalah yang terlibat pembelokan dari Sahabat Mulia Ali yang sebelumnya mendukung namun dalam keadaan genting justru mengambil langkah memusuhi Beliau yang Radliallahu ‘anhu dengan mengkafirkan yang tidak sepaham dengan mereka.

Rasul sendiri mengatakan eksistensi mereka melalui hadits yang diriwayatkan Muslim yaitu hingga kelak hari kiamat. Peringatan dari Rasul Shallahu ‘alaihi wa sallam ini yang perlu diwaspadai. Agar tidak semata senantiasa merasa benar dan angkuh terhadap pemimpin serta mengedepankan akhlak dan kemuliaan termasuk dalam menyampaikan pandangan, “Allahu a’lam!”