Catatan Peluncuran dan Bincang Buku Misteri Jalan Setapak dan Menanjak
Oleh Anil Hukma (Sastrawan dan Pengajar Universitas Islam Makassar)
NusantaraInsight, Makassar — Usai membaca buku Misteri Jalan Setapak dan Menanjak yang merupakan kumpulan tulisan dari Fiam Mustamin terasa kita dibawa masuk kepada alam kepribadian orang orang Sulawesi Selatan terutama yang ada di rantau. Hal tersebut dikarenakan pada Bagian Satu, 52 sosok personal (dominan tokoh) Sulsel baik yang berkiprah di Sulsel dan diluar Sulsel.
Sebagai tulisan yang pernah di muat di media Pinisi.co.id maka semua tulisan ini merupakan hasil kerja jurnalistik yang nota bene dapat disebut sebagai konten media massa. Saya berpendapat bahwa ada beberapa fungsi media massa yang telah berhasil dijalankan.
Menurut Harold D. Laswell, seorang pakar komunikasi, membagi beberapa fungsi media massa adalah memberi informasi, dalam hal menyebar informasi menyangkut kiprah dari tokoh tersebut. Selanjutnya fungsi Persuasi, bermakna tulisan menggambarkan nilai, tingkah laku dan aturan yang cocok agar diterima dalam masyarakat sehingga memperkuat kesepakatan nilai nilai social yang ada dalam masyarakat.
Kemudian fungsi pewarisan social. Dalam hal ini media massa berfungsi sebagai seorang pendidik dan mempersuasi masyarakat. Dengan mewariskan suatu ilmu, norma, pranata, dan etika dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Hal tersebut tergambar dari teks yang banyak mengutif pesan dan hikmah turiolo yang menggambarkan tentang kearifan dan kebijaksanaan orang orang Sulawesi Selatan. Terutama tulisan pada bagian Dua Adab dan Peradaban, Bagian Empat: Ritual Perjalanan dan Ziarah Kelampauan serta Bagian Enam Merajut Kearifan Lokal dan Keadaban Warga.
Selain itu, tergambar pula ada fungsi control social pada tulisan berjudul Rempang, Ujian Kearifan Pemimpin Amanah Untuk Rakyat, disana tersirat perlunya para pengambil kebijakan mengenal secara historis dan usul suatu wilayah dan rakyat sebelum melakukan penggusuran. Setidaknya ada dialog sebagai bagian dari penghargaan kepada rakyat, disana tertulis banyak cara yang bisa ditempuh bila kearifan akal sehat dikedepankan, bukan arogansi kekuasaan, (halaman 440). Masih senada dengan tema kedua berjudul Akumulasi Gerakan Massa di Jalanan dan Mimbar,Legal Terlindungi, pada judul tertulis : Bukan berdiri pasang kuda kuda dengan kekuasaan aparat birokrasi berhadapan dengan rakyatnya yang justru harus dibelanya, (halaman 445).
Pada buku ini pun banyak menyampaikan tentang peran lembaga Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan termasuk sejarah berdirinya, siapa ketua dan pengurus juga program-programnya. Bahkan mayoritas kiprah dan profilnya berasal dari para pengurus KKSS baik nasional maupun local. Selain itu dominan mengenai laporan perjalanan terutama saat pulang kampong dan laporan saat mengikuti sebuah acara atau kegiatan, semacam reportase namun bagi pembaca selalu menyimpan rasa ketidaktuntasan karena tulisan sangat singkat sehingga masih penasaran tentang banyak hal menyangkut laporan tersebut.