IBUNDA MATI MUDA

Foto : ilustrasi tiga orang ibunda dalam suatu nostalgia keluarga yang "dipotret" di suatu kawasan Jln.Otista III, Jakarta Timur pada tahun 1960-an.(Foto : Dok/Lasman)

IBUNDA MATI MUDA

Puisi: Pulo Lasman Simanjuntak

i/ kutulis kembali sebuah puisi
untukmu ibunda tercinta yang mati muda kanker peranakan
rajin beranak masa kanak-kanak
mengeras rumah sewa beranak-pianak

ii/ kutulis kembali sebuah puisi untukmu ibunda tercinta
yang gemar berjudi dengan sperma
memukul-mukul rotan dan obat antibiotika
jeritan malam
dari kampung sebelah rumah tangga tak bisa berdoa

iii/ kutulis kembali sebuah puisi untukmu ibunda tercinta
yang tinggalkan kesendirian tanpa pesan dalam sumur kematian

sunyi yang terlantar sakit terus berkepanjangan dibantingnya tubuh tanpa nyanyian
disodorkan singkong racun penderitaan

iv/ kutulis kembali sebuah puisi untukmu ibunda tercinta
meninggalkan kami dalam keterasingan
anakmu yang perempuan menyilet lengan
bau minuman keras menyusup malam lenggang tarian-tarian liar di pinggir jalan
sampai derita membuntingi dewa kekejian

v/ kutulis kembali sebuah puisi untukmu ibunda tercinta engkau telah turun ke dunia orang mati
tak pandai aku mengeja Injil tak ada lagi pohon natal yang bisa berkelahi

tigapuluhtahun menyembah bangunan baal berzinah dengan betsyeba
kejam dan keji seperti atalya

BACA JUGA:  MENULIS PUISI TANPA MEZBAH PAGI

vi/ kutulis kembali sebuah puisi untukmu ibunda tercinta
aku terkapar sekarat di rumah-rumah perempuan sundal
dibalut tulang kering sakit kelamin

rajin bersetubuh dengan pemanggil arwah, roh peramal masuk ke dalam kamar
empatpuluh abad berenang di atas tikar rawa-rawa dosa menggelepar

vii/ kutulis kembali sebuah puisi untukmu ibunda tercinta lihatlah anakmu telah hidup dalam kebenaran
melayani ibu-ibu berkebaya emas bermata berlian memuji Tuhan jadi pelayan sambil menantikan kedatanganMu yang kedua kali

Jakarta, Selasa 27 April 2021

 

IBUNDA

Puisi: Pulo Lasman Simanjuntak

1// minggu siang tak secerah yang lalu
hari itu ada musibah
letih tubuh menangis sukma
bunda pergi untuk selama-lamanya
sakit dan penderitaan

2// dengarlah suara lirih sajak ini dimuntahkan dari isi hati
meskipun jasadmu dalam liang kubur
rohmu pasti mendengar terjahit dalan batin terluka

3// engkau meninggalkan kami
kenangan dan nirmala pesan sorga pasti tempatmu
kebaikanmu jadi pahala siap membuka pintu-pintu langit biru

4// ketika mulutmu sudah lumpuh
tak bisa bicara ketika perutmu tak bisa mengunyah manna
aku seolah-olah merasakan penyakit kutuk
sehingga airmata ini terus mengalir
ke tong sampah rumah sakit beracun

BACA JUGA:  Sajak--Sajak Muhammad Amir Jaya

5// kupandang lagi tubuhnya yang makin mengecil
mau bersatu mesra
dengan malaikat maut
aku tak bisa berbuat apa-apa
selain terus menulis sajak ini
tentang doa yang sekarat sepi yang makin kurus nyawa yang tak terurus