NusantaraInsight, Makassar — Muhammad Amir Jaya, lahir di Tanaberu (Selayar), 9 September 1965. Menyelesaikan studi di IKIP Ujung Pandang pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS).
Ia aktif menulis puisi, cerpen, cerita anak-anak, esei sastra dan opini diberbagai media massa. Pernah menjadi guru honorer diberbagai sekolah swasta di Makassar, sebelum akhirnya memilih dunia jurnalis diberbagai media massa.
Karya-karyanya yang telah diterbitkan dalam bentuk antologi tunggal di antaranya; kumpulan cerpen Mencari Tuhan (Penerbit Pustaka Refleksi), Besok, Pilih Aku Presiden (Pustaka Refleksi), Puisi Sepi di Kampung Bugis Dalam (de lamacca), Janda Perawan yang Dilempar Keluar Jendela (Garis Khatulistiwa), Seutas Tasbih dan Sajadah Misteri (Rayhan Intermedia), Dari Sunyi ke Bara (Bambu Press), dan Kaki-Kaki Telanjang (Arya Pustaka), Liang (kumpulan puisi), Puisi Sepi di Kampung Bugis Dalam (kumpulan cerpen), Puisi Rindu untuk Tuhan (kumpulan puisi), Samiri (novel), Engkau Api dan Aku Air (kumpulan puisi) dan Dari Sunyi ke Bara (kumpulan cerpen) serta Puisi, Hati, Guru, Sahabat, Politik dan Demokrasi (kumpulan artikel).
Sejak 2016–2021 membacakan karya-karyanya di Pro 4 RRI Makassar. Diundang membacakan puisi-puisinya di Festival Eight Internasional dan Forum (F8) tahun 2016, 2017, dan 2018.
Kini aktif menjadi pembahas karya-karya sastra di Forum Sastra Indonesia Timur (FOSAIT), Ikatan Penulis Muslim Indonesia (IPMI) dan komunitas penulis lainnya.