NusantaraInsight, Makassar — Alhamdulillah, sebuah kebanggaan bagi saya dapat secara langsung menyerahkan buku Maharku Pedang dan Kain Kafan kepada seorang tokoh nasional, pejabat negara (Ahmad Syaikhu Presiden PKS) yang sederhana, cerdas, juga seorang hafidz Qur’an.
Sebelumnya ia merupakan seorang Auditor di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Sumatera Selatan tahun 1986 – 1989 kemudian Auditor di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Pusat tahun 1989 lalu ia mengundurkan diri dari seorang PNS kemudian pada tahun 2004, ia terjun ke dunia politik dan terpilih sebagai Wakil Ketua DPRD Kota Bekasi dari PKS pada tahun 2009 – 2013 ia menjadi Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dari anggota DPRD Jawa barat ia lalu terpilih menjadi Wakil Walikota Bekasi 2013 – 2018 di tahun yang sama tahun 2018 ia ikut dalam kontestasi pemilihan kepala daerah sebagai calon wakil Gubernur Jawa Barat namun Allah belum menaqdirkan jadi wakil gubernur dan pada tahun 2019 ia terpilih menjadi anggota DPR-RI dari Dapil VII Jawa Barat sampai sekarang kemudian di tahun 2020 terpilih menjadi presiden PKS periode 2020-2025 menggantikan Muhammad Shohibul Iman
Pada umumnya sebagai seorang pejabat dan tokoh nasional apalagi memegang jabatan penting dalam negara biasanya ada pilihan dalam jarak dengan orang lain apatalagi orang itu bukan siapa-siapa seperti saya ini yang bukan siapa-siapa hanya seorang warga negara biasa yang dalam keseharian berteman dengan matahari
Namun beda dengan sosok Ahmad Syaikhu presiden PKS ini meskipun posisinya penting, di negara ia tetap menjaga kesederhanaan dalam kehidupannya siapapun boleh duduk berdampingan dengannya dan bercerita apapun dengannya tanpa menengok latar belakang orang tersebut.
ia sangat sederhana bukan cerita dari orang namun saya menyaksikan secara langsung kamis 13 Juli 2023 di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar saya mendapat kesempatan langka untuk bertemu dengan seorang pejabat negara, tokoh nasional yang sederhana dan inspiratif, Ahmad Syaikhu Presiden PKS juga anggota DPR-RI komisi 1
Ketika saya melihat ia bersama rombongan dan seorang ajudan yang mungkin bertugas mengawal dia dalam setiap tugas negara, nampak juga anggota DPRD provinsi Sulawesi Selatan membersamainya sedang berjalan menuju ruang tunggu keberangkatan, saat itu dalam pikiran saya mungkin menuju ruang VIP karena ia seorang pejabat mata saya terus mengawasi dan tidak alpa dari setiap langka kaki rombongan presiden PKS itu namun ternyata apa yang ada dalam pikiran saya beberapa menit yang lalu tentang image pada umumnya terhadap seorang pejabat ternyata saya salah ia bersama rombangan menuju gate 5 (pintu keberangkatan 5) duduk di kursi ruang tunggu sebagaimana penumpang pesawat pada umumnya,
Momen yang penuh dengan kesederhanaan tersebut saya merasa terdorong untuk memanfaatkan kesempatan ini tanpa ragu saya mencoba mendekati ajudannya yang mengawalnya dan meminta waktu sebentar untuk menyerahkan buku yang saya tulis “Maharku Pedang dan Kain Kafan” jilid 2 yang berisi tentang kisah saya bersama Almarhuma istri saya yang kebutulan tersimpan dalam tas yang saya bawa.
Dengan ramah, ajudan tersebut mendengarkan permintaan saya dan memberitahu saya bahwa bisa dan meminta saya ikut saja bersama rombongan nanti pas ia duduk baru saya serahkan kebutulan ia (pak presiden) gemar membaca kalau ada buku ditangannya ia lebih memilih membaca buku dari pada lihat HP tutur ajudannya pada saya.