Oleh: Qayla Raya Rezki Yuniar (Anggota Satupena Sulawesi Selatan)
NusantaraInsight, Opini — Saat diumumkan bahwa nama saya lolos dan layak mengikuti Bimbingan Teknik (bimtek) Penulisan Biografi Bagi Pegiat Literasi, perasaan saya bercampur senang dan bingung. Perasaan itu muncul seketika begitu melihat nama saya berada di antara 30-an nama yang diumumkan lewat akun Instagram Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan.
Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan merupakan penyelenggara kegiatan yang diadakan di Hotel Ibis Style, Makassar, 23-26 Juli 2023 ini. Perasaan senang itu terus terbawa karena ini pertama kalinya saya menulis biografi. Sebelumnya, saya lebih sering menulis yang berkaitan dengan cerita anak.
Menjelang kegiatan, saya bertemu dengan orang-orang yang tampak lebih dewasa dibanding saya. Mereka merupakan kakak-kakak, bapak-bapak, bahkan ibu-ibu yang terlihat sudah profesional dalam penulisan. Namun, saya mengambil kesempatan ini untuk belajar banyak dari mereka.
Beberapa materi yang dipresentasikan terkesan datar bagi saya, kecuali saat materi yang dibawakan oleh seorang kakak berambut keriting dari Rumata’ Artspace. Materinya keren sekali dan penampilannya kece jadi cukup menarik perhatian. Materinya tentang cara mengatur organisasi atau komunitas.
Materi lain yang menarik, yakni yang dibawakan Bu Helvy Tiana Rosa. Beliau membawakan materi tentang macam-macam tulisan biografi dan teknik penulisannya. Menurut saya, inilah inti dari Bimtek Penulisan Biografi.
Sebelumnya, saya tidak mengenal secara pribadi Bu Helvy Tiana Rosa, meski karyanya sudah saya ketahui. Beruntung, dalam bimtek ini saya bisa menimba ilmu langsung dari seorang penulis terkenal, yang novel-novel sudah difilmkan. Bu Helvy orangnya baik, mirip eyang saya.
Setelah pulang dari kegiatan Bimtek, hati saya masih diliputi kegembiraan. Itu karena saya dapat teman baru. Selama Bimtek, saya sekamar dengan Kak Aina. Tentu saja kami banyak ngobrol dan saling bertukar cerita seputar aktivitas menulis.
Kesempatan mengikuti Bimtek bisa saya dapatkan, salah satunya karena saya mendapat rekomendasi dari Bapak Rusdin Tompo, Koordinator Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena Provinsi Sulawesi Selatan. Penyelenggara memang mensyaratkan peserta berasal dari komunitas literasi. Walaupun saya mendaftar atas inisiatif sendiri.
Karena itu, sebelum mengikuti Bimtek, saya belajar giat dari guru saya itu, Pak Rusdin Tompo. Setiap kali bertandang ke rumahnya di Minasa Upa, Makassar, beliau berbagi pengalaman tentang kepenulisan. Beliau mengajarkan saya untuk menulis tokoh yang saya pilih, yaitu Pak Arwan Tjahjadi, seorang peranakan Tionghoa yang sangat cinta pada kesenian dan budaya Makassar.