Oleh: Fadli Andi Natsif
NusantaraInsight, Makassar — Entah kapan, saya tidak terlalu ingat, sejak kapan mulai doyan ngopi. Yang saat-saat sekarang dan mungkin selamanya menyeruput kopi (tentu dicampur susu karena tidak terbiasa minum hanya kopi hitam saja) sudah menjadi minuman rutinitas saya.
Minuman rutinitas karena hobbi saya adalah membaca dan menulis. Apa hubungannya? Sebuah pertanyaan itu bisa saja diajukan. Tetapi bagi saya sangat berhubungan antara membaca, menulis dan menyeruput kopi.
Testimoni inilah yang biasa saya ungkapkan ketika ada kegiatan diskusi terkait proses lahirnya sebuah karya tulis. Baik tulisan populer untuk media massa maupun artikel ilmiah untuk jurnal. Kebiasaan ini tentu tidak dapat digeneralisasi bahwa seorang bisa jadi penulis dengan ditemani oleh secangkir kopi.
Tentu bisa berbeda dengan orang lain yang inspirasinya bisa muncul ketika menghisap rokok. Atau bisa juga memadukan keduanya kebiasaan menyeruput kopi sambil menghisap rokok.
Terhadap kebiasaan terakhir ini tidak ada dalam rumus hidup saya. Seorang teman biasa bertanya kenapa tidak merokok tapi doyan ngopi. Padahal biasanya inspirasi malah bisa muncul ketika menghabiskan beberapa batang rokok. Ini pula lah yang sering kali saya tanyakan pada “ahli hisap” (istilah yang biasa digelari bagi perokok), terkhusus pada mahasiswa. Kenapa suka merokok. Dijawab spontan oleh mereka bahwa tidak bisa muncul inspirasi kalau tidak menghisap rokok. Kemudian pertanyaan saya selanjutnya sudah berapa karya yang anda hasilkan dengan kebiasaan merokok yang anda lakukan. Spontan hanya tersenyum dan tidak memberikan jawaban.
Hal lain bagi saya inspirasi menulis bukan hanya karena ada segelas kopi yang menemani. Tetapi suasana dimana ngopi itu juga sangat berpengaruh. Yang namanya ngopi tentu bagi saya, mungkin bukan bagi orang lain, adalah harus ditempat yang namanya warung kopi (warkop). Bisa juga di sebuah cafe yang menyajikan racikan kopi yang sangat sreg di lidah saya. Padahal di rumah juga saya sering menikmati kopi, tetapi sangat jarang saya melahirkan tulisan di rumah meskipun saya menikmati kopi.
Kelaziman kalau ngopi di rumah sekedar aksesoris semata ketika saya hanya membaca atau menonton televisi. Di mindset atau di pemikiran saya sudah tertanam seolah bisa ada inspirasi menulis kalau menikmati kopi di warkop.
Bisa jadi mindset ini merupakan kelemahan atau kekurangan saya. Persoalan berkarya sebenarnya tidak boleh digantungkan terhadap satu hal suasana saja. Apalagi kalau hanya digantungkan dengan segelas kopi susu. Akan tetapi itulah faktanya bagi pengalaman keseharian saya dapat mengatakan betapa kuatnya secangkir kopi di warkop. Sehingga dapat melahirkan sebuah ide atau gagasan.