(Oleh : Andi Pasamangi Wawo)
NusantaraInsight, Makassar — Dulu ada seorang sahabat, Pejabat eksekutif sering bertemu dan senang sekali berbincang dengan saya.
Saking hobinya, kadang surat-surat yang mau ditandatangani, dia suruh bawa ke ‘TKP’ ngobrol, termasuk orang yang butuh bertemu. Hingga kadang kalau dapat ‘amplop’ langsung dia bagi dua tanpa dihitung.
“Ini ada rezki, pak Andi, silahkan ki pilih”, tawarnya ikhlas ketika meletakkan tumpukan uang yang sudah dipisah dua, sambil meyakinkan itu halal karena pemberian orang tanpa diminta.
Kalau lagi sengit diskusi, saya sering merasa sangat risih dan selalu permisi apalagi dalam ruang ber AC. Sebabnya, saya perokok berat. Dia, tidak !.
Salutnya, dia tak pernah merasa terganggu apalagi menegur maupun menunjukkan sikap tidak senang dengan asap rokok saya.
Sekali waktu saya bertanya, mengapa dia tidak merokok.
Jawabnya, enteng : ” Kendaraan bermesin saja keluarkan asap, bisa rusak. Apalagi, manusia yang selalu memasukkan asap”.
Kalimat yang singkat, padat dan mudah dimengerti itu terus terngiang dan seolah merasuki sukma saya.
Sejak itu saya bersikap, harus berhenti tanpa syarat.
Alhamdulillah, jelang sewindu, saya ” no smoking..”. Anehnya, sahabat itu hingga kini tak pernah bertanya, mengapa saya berhenti merokok.
Mungkin nanti ketika membaca ‘catatan’ ini, baru tahu kalau saya berterimakasih ke padanya. Ulangi : “Terimakasih sahabatku, engkau orang baik”.
Banyak orang berteori dan bertanya tentang bagaimana cara saya berhenti merokok. Jawabnya singkat saja, tergantung anda.
Yes or not.