Oleh: Rudy.M.SE.MM
Putra Daerah Malino, Pemerhati Lingkungan, dan Dosen
Universitas Prof. Dr. H. M. Arifin Sallatang (Unpas) Bantaeng
NusantaraInsight, Makassar — Event tahunan Beautiful Malino (BM) 2025 kembali digelar pada 9-13 Juli 2025, di Hutan Pinus Malino Gowa.
BM tahun ini mengusung tema “Colours of Culture”, event ini tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga momentum untuk memperkuat identitas budaya lokal, berdayakan UMKM, dan menjaga kelestarian alam.
Potensi besar dari BM 2025 untuk menjadi contoh event pariwisata yang berkelanjutan—menggerakkan ekonomi tanpa mengorbankan ekosistem.
Memperkuat Identitas Budaya Lokal
Tema Colours of Culture, dipilih untuk menonjolkan keberagaman, kekayaan, dan keindahan budaya Sulawesi Selatan dalam berbagai ekspresi seni. Beberapa inisiatif yang patut diapresiasi.
Pameran Budaya & Seni Tradisional: Menampilkan karya lokal seperti tenun, ukiran, dan musik tradisional .
Workshop Bambu & Lomba Mendongeng: Mengajak generasi muda melestarikan kearifan lokal .
Malino Fashion Week, memperkenalkan busana tradisional dengan sentuhan modern .
Pendekatan ini, BM 2025 tidak sekadar menjadi event wisata, tetapi juga ruang edukasi budaya bagi pengunjung.
Dampak Ekonomi bagi Masyarakat Lokal
Peningkatan durasi dari 3 hari menjadi 5 hari diharapkan mendongkrak kunjungan hingga 100.000 orang .
Dampak ekonomi yang bisa dirasakan:
Peningkatan sewa penginapan homestay.
Masyarakat di Tinggimoncong, mendapat tambahan penghasilan .
Pasar UMKM (Highland Market) Wadah bagi pelaku usaha kecil menjual produk lokal seperti kopi, teh, dan kerajinan tangan .
Peluang Kerja Sampingan, Mulai dari guide wisata, penyedia jasa kuliner, hingga penyewaan perlengkapan camping .
Namun, perlu ada pendampingan berkelanjutan pasca-event agar UMKM tidak hanya mengandalkan momentum tahunan.
Komitmen Lingkungan: Jangan Sampai Alam Malino Terancam
Sebagai daerah dengan hutan pinus dan sumber air bersih serta sumber air terjun, Malino memiliki ekosistem yang rentan terhadap kerusakan.
Beberapa langkah yang bisa dioptimalkan: pengelolaan sampah terpadu menyediakan tempat sampah terpilah dan kerja sama dengan bank sampah lokal.
Edukasi Eco-TourismMemasukkan pesan lingkungan dalam kegiatan seperti Magical Forest dan trail adventure.
Pembatasan pengunjung di area sensitif: Misalnya, area camping ,jalur pendakian dan kawasan air terjun agar tidak overcapacity.
Pemerintah daerah juga bisa menggandeng akademisi (termasuk perguruan tinggi) dan pemerhati lingkungan untuk monitoring dampak lingkungan pasca-event.