NusantaraInsight, Makassar — Suasana di kegiatan Diklat Kepemimpinan di Makassar yang dihadiri peserta dari berbagai daerah terasa akrab, penuh kehangatan dan persaudaraan. Hotel Harper Makassar. Sabtu-Ahad, 11-12 Januari 2025
Di tengah peserta yang datang dari wilayah Indonesia Bagian Timur dan Indonesia Bagian Tengah ; Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo. perhatian saya tertuju pada seorang peserta dari Papua Barat namanya Noor Aeni, (di Papua Barat Umi Noor akrab disapa).
Tanpa ragu, saya mendekatinya.
“Ibu dari Papua Barat, ya?” tanya saya,
Saya dari Fakfak Bu” jelas saya, mencoba mencairkan suasana.
Ibu Noor menoleh dengan senyum lebar. “Masya Allah, ternyata kamu dari Papua juga?” tanyanya penuh antusias.
“Iya, Bu. Saya dari Fakfak. Tapi sudah lama domisili di Makassar,” jawab saya.
Responsnya langsung membuat saya tersenyum lebar. Dengan logat khas Papua yang kental, ibu Noor berkata, “Pulang sudah! Biar sama-sama kembangkan Papua Barat.”
Saya hanya tertawa kecil, tapi nada bicaranya yang serius membuat hati saya sedikit terusik. “Kau ini seperti anak hilang dan baru ketemu. Pulang sudah, saya serius ini,” kata ibu Noor lagi, penuh keyakinan.
Mungkin saja ibu Noor melihat keraguan di wajah saya, ibu Noor menambahkan, “Nanti saya minta izin sama orang tua ideologis mu di Makassar, biar kamu pulang.” Ada semacam nada tegas dalam ucapan itu, seolah ibu Noor benar-benar akan mengupayakannya.
Ketulusan dan rasa cintanya pada tanah Papua begitu terasa. Seolah ibu Noor ingin menarik semua anak Papua yang berada di luar Papua Barat untuk kembali membangun tanah Papua.
Saat istirahat malam tiba, panitia lokal pelaksana Diklat Kepemimpinan mengajak seluruh peserta.“keluar, makan durian di salah satu tempat yang telah di reservasi oleh panitia”
Saya bersama peserta yang lain termasuk ibu Noor, keluar menuju lokasi yang dimaksud di tempat makan durian saya bertambah akrab dengan ibu Noor dari perkenalan kami siang di hotel tadi siang.
Yah, boleh jadi karena sama-sama dari Papua, meski saya atau pun ibu Noor bukan asli Papua. Namun tanah Papua sudah seperti tanah kelahiran kami, sebagaimana bait lagu oleh Doddie Latuharhary yaitu “Tanah Papua” :
“Tanah papua tanah leluhur
Di sana aku lahir
Bersama angin, bersama daun
Aku di besarkan”
Begitu, lirik lagu yang terdapat dalam bait tersebut, seperti tersirat kedekatan batin yang mendalam dengan tanah Papua tanah kehidupan. Meskipun bukan asli Papua, tanah Papua tetap menjadi bagian dari jiwa dan pikiran