Mereka saya ajak melihat lukisan AI karya Denny JA, dan langsung merespon dengan kreasi masing-masing seperti membuat komposisi IG Story, IG Reel, dan TikTok, secara kreatif. Sepengetahuan mereka, belum pernah ada orang membuat pameran lukisan dengan bantuan AI seperti karya Denny JA, apalagi dengan jumlah hampir dua ratus kanvas berukuran besar. Ini saja sudah menjadi terobosan kreatif dalam dinamika kegiatan kesenian kontemporer.
4/
Minggu pagi (9/6) setelah menyantap pisang goreng hangat dan _mocktail_ leci segar sebagai sarapan di Nomu Lounge, saya kembali bercengkerama dengan kumpulan lukisan. Kali ini seorang diri.
Entah berapa orang tamu yang lalu-lalang atau karyawan _housekeeping_ yang memerhatikan saya di setiap lantai, sedang berkhidmat di depan lukisan demi lukisan, dengan antusiasme layaknya Charlie yang penuh semangat ketika mengunjungi pabrik cokelat karya Roald Dahl.
Ke-188 lukisan yang terpampang, saya kelompokkan ke dalam dua tipe yakni dipantik oleh pergulatan internal dunia batin Denny JA, dan sebagai responnya atas peristiwa-peristiwa eksternal yang terjadi di luar diri.
Tipe lukisan pertama contohnya tema “Lailatul Qadar” yang terdiri dari belasan lukisan dalam berbagai ukuran kanvas dan bauran visual. Komposisi lukisan bersifat tipikal dengan separuh bagian atas menggambarkan kondisi langit malam dalam format aneka bentuk garis, kurva, dan warna, sedangkan separuh bagian bawah menampilkan manusia dalam berbagai jumlah dan posisi. Kadang seorang, kadang banyak. Kadang lelaki, kadang perempuan. Semua dalam posisi berdoa. Khusyuk.
Lailatul Qadar—malam pengaturan/penetapan, sering juga diterjemahkan bebas sebagai malam kemuliaan—adalah konsep tentang adanya sebuah malam suci pada bulan puasa Ramadan yang dinantikan kedatangannya oleh umat Islam. Malam kemuliaan ini bernilai lebih baik dari seribu bulan (QS 97: 3).
Dengan membuat serial lukisan bertema ini, Denny JA bukan saja sedang meletakkan meletakkan hati dan kerinduan spiritualnya ke atas kanvas, juga seakan hendak melengkapi Teori Kebutuhan Dasar ( _Hierarchy of Needs)_ dari Abraham Maslow. Bahwa manusia tak cukup hanya ditopang dengan kebutuhan fisiologis ( _physiological needs_), kebutuhan keamanan ( _safety needs_), kebutuhan sosial ( _social needs_), kebutuhan ego ( _egoistic needs)_ dan kebutuhan aktualisasi diri ( _self-actualization needs_). Manusia juga perlu kebutuhan keyakinan ( _spiritual needs_) secara mutlak, terlepas dari tingkat aktualisasi diri yang sudah diraihnya.
Termasuk dalam kelompok ini adalah lukisan-lukisan yang menginspirasi Denny JA bersumber perkataan guru sufi Jalaluddin Rumi berjudul “The Light Enters You Through The Wound” dan “Sit, Be Still and Listen”.