KEBIASAAN MEMBACA.

Catatan M.Dahlan Abubakar

NusantaraInsight, Makassar — Kebiasaan membaca orang Jepang patut diacungi jempol. Kisah ini berawal pada tanggal 31 Agustus 2013 pagi, dalam suatu perjalanan kereta non-Shinkansen dari Kyoto ke Kobe.

Namun sebelum lanjut, saya ingin menyampaikan, ada satu kesan yang sulit saya lupakan di Kyoto, yakni saat berkunjung ke Kyoto University yang didirikan pada tahun 1897 ini dan pada tahun 2025 menempati peringkat ke-50 di QS World University Ranking.

Ketika kami memasuki halaman kampus, Prof.Dr.Ir. Agnes Rampisela, Ph.D. yang memang alumnus universitas ini, bertemu dengan seorang profesor yang sedang menunggang sepeda tua hendak meninggalkan kampus. Bertemu dengan muridnya, sang Profesor pun berhenti sejenak. Setelah bertegur sapa beliau melanjutkan perjalanan, masih dengan mengendarai sepedanya. Sebuah pemandangan yang mungkin tidak akan pernah temukan di kampus mana pun di Negeri Pancasila ini.

Kobe menarik perhatian kami kunjungi karena merupakan kota pelabuhan laut terkenal di Jepang dan ibu kota Perfektur Hyogo. Kota ini memiliki luas 557km2 dengan penduduk 1.537.272 (data 2015).

BACA JUGA:  PUASA DAN MANAJEMEN KEBAHAGIAAN

Berdasarkan informasi dari “Artificial Intelligence” (AI) — kecerdasan buatan –, Kobe merupakan kota pelabuhan yang indah dan menarik dan salah satu dari 10 kota terbesar di Jepang. Kota ini terletak di antara laut dan pegunungan Rokko dan menjadi pelabuhan penting yang dibuka untuk perdagangan asing pada abad XIX.

Saya dan beberapa teman, di antaranya Ilham Makhmud, Muh.Arifuddin, dan beberapa orang lainnya yang sudah tak diingat lagi, sempat berada di Kobe Port Tower, tempat yang memberi ruang kepada kita dapat menyaksikan lalu lintas di Pelabuhan Laut Kota Kobe. Gedung dengan ketinggian, 108m yang dibangun pada tahun 1963 ini menawarkan panorama 350 derajat dari kawasan Pelabuhan Kobe.

Kereta yang kami tumpangi boleh disebut angkutan perdesaaan. Mungkin dapat disamakan kereta yang menghubungkan Jakarta dengan Bogor. Penumpang penuh. Rombongan kami beruntung memperoleh tempat duduk karena mulai naik saat berangkat dari Kyoto, kota berpenduduk 1,47 juta jiwa dengan luas 827,9 km2.

Ada pemandangan yang mungkin biasa di Jepang, yakni kesenangan warganya membaca. Pada setiap saya menumpang kereta selalu saya temukan warga Jepang yang asyik membaca. Pada tahun 2003 saat kunjungan pertama saya bersama dengan para wartawan negara ASEAN atas undangan Ministry of Foreign Affair (MoFA) — semacam Kementerian Luar Negeri — Jepang, saya selalu menemukan orang Jepang membaca di kereta Shinkansen dalam perjalanan sejak dari Tokyo ke Fukuoka (setelah singgah-singgah di Nagoya, Kyoto, dan Hiroshima).