Pernyataan Trump berimplikasi ganda, sebagaimana prinsip bermata dua negara “super power” tersebut. Amerika Serikat selama ini sebenarnya tidak memiliki musuh yang nyata, kecuali masih berlangsungnya perang dingin dengan sejumlah negara kompetitornya, seperti Rusia, Tiongkok, Korea Utara, Iran, dan Kuba.
Persaingan AS dengan negara-negara tersebut terlihat ketika Israel melancarkan ofensifnya terhadap Palestina dan Gaza 7 Oktober 2023. Secara nyata Amerika tidak terlibat langsung dalam peperangan tersebut, namun memasok Israel dengan berbagai kebutuhan senjata untuk menghabisi rakyat Palestina yang kini sudah mencapai 46.000 berdasarkan data pejabat Kesehatan Palestina. Jumlah itu sekitar 20% dari total populasi 2,3 juta jiwa penduduk sebelum perang 7 Oktober 2023 itu. Namun sekitar 59,1% korban tewas terdiri atas perempuan, anak-anak, dan orang yang berusia di atas 65 tahun.
Salah satu bagian dari pidato Donald Trump yang menggembirakan warga Palestina dan umat Islam khususnya adalah perhatiannya terhadap gencatan senjata yang dimulai Ahad (19/1/2025).
“Warisan saya yang paling membanggakan adalah menjadi pembawa damai dan pemersatu. Itulah yang saya inginkan – pembawa damai dan pemersatu. Saya senang menyampaikan bahwa sejak kemarin, sehari sebelum saya memangku jabatan, para sandera di Timur Tengah telah kembali ke rumah untuk bertemu keluarga mereka. Terima kasih. Amerika akan mendapatkan kembali tempatnya yang semestinya sebagai negara yang paling hebat, paling berkuasa, dan paling dihormati di dunia, yang akan membangkitkan rasa kagum dan kekaguman seluruh dunia,” kata Donald Trump.
Mudah-mudahan ini merupakan pertanda baik langkah yang akan diambil Presiden Donald Trump untuk menciptakan perdamaian dunia yang abadi. Bukan sebuah justifikasi atas berlangsungnya gencatan senjata atas usaha Presiden Joe Biden sehari sebelum mengakhiri masa jabatannya. Atau boleh jadi, ini hadiah awal Donald Trump kepada rakyat Gaza dan Palestina sebelum resmi menjabat Presiden AS empat tahun ke depan.
Tampilnya Amerika sebagai negara pendamai ini, tidak saja bagi perdamaian Timur Tengah, tetapi juga di berbagai belahan bumi ini, tempat Amerika Serikat secara tersamar dituding terlibat langsung atau pun bermain di belakang layar. (M.Dahlan Abubakar).