NusantaraInsight, Makassar — Tank Israel bermanuver di dalam Jalur Gaza, terlihat dari Israel, Senin (30/10/2023). Pasukan militer Israel tengah gencar serangan darat mereka di wilayah Gaza, meningkatkan intensitas operasi untuk mengatasi situasi yang semakin tegang.
Sebelumya Kepala kantor media pemerintah di Gaza, Salama Marouf, mengatakan pada Sabtu malam bahwa Gaza hari ini berdiri sendiri dalam membela Masjid Al-Aqsha dan tempat suci Islam dan Kristen, Anadolu melaporkan pada (29/10/2023).
Berbicara pada konferensi pers di depan Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza, Marouf menyatakan: “Hari ini, Gaza berdiri sendiri dalam menghadapi penjajahan untuk mempertahankan Masjid Al-Aqsha dan semua tempat suci Islam dan Kristen, bahkan setelah 22 hari serangan”.
Dia mengatakan Jalur Gaza sedang menyaksikan momen penting dalam sejarah ketika “rakyat kami bergerak menuju pembebasan dan Masjid Al-Aqsha.”
Gaza telah menjadi sasaran serangan udara israel yang tiada henti sejak serangan mendadak pejuang pada Oktober lalu.
Kelompok Palestina telah memulai Operasi Banjir Al-Aqsha, sebuah serangan mendadak multi-cabang yang mencakup rentetan peluncuran roket dan infiltrasi ke israel melalui darat, laut, dan udara. Dikatakan bahwa serangan tersebut merupakan pembalasan atas penyerbuan Masjid Al-Aqsha dan meningkatnya kekerasan yang dilakukan pemukim israel terhadap warga Palestina.
Israel menanggapinya dengan kampanye serangan udara tanpa henti, yang semakin intensif pada Jumat malam bersamaan dengan aktivitas darat di tengah pemadaman total jaringan telekomunikasi dan internet.
Sejak hari Minggu, militer Israel mengatakan mereka telah menyerang ratusan sasaran Hamas dan meningkatkan pasukan daratnya di Gaza. Juru bicara militer Hagari bersumpah akan “mengejar” pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar.
Kepanikan dan ketakutan meningkat di wilayah Palestina, tempat PBB mengatakan lebih dari separuh dari 2,4 juta penduduknya mengungsi dan ribuan bangunan hancur.
Lebih dari delapan ribu warga Palestina, termasuk 3.595 anak-anak, telah tewas dalam serangan israel, sementara jumlah korban tewas di israel mencapai lebih dari 1.400 orang.
Sebanyak 2,3 juta penduduk Gaza juga bergulat dengan kekurangan makanan, air, dan obat-obatan akibat blokade israel terhadap wilayah tersebut. Hanya sedikit truk bantuan yang menyeberang ke Gaza sejak pembukaan titik penyeberangan Rafah akhir pekan lalu.
Majelis Umum PBB pada Jumat malam menyetujui resolusi yang menyerukan gencatan senjata kemanusiaan, namun Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen menyebutnya “tercela” dan menolaknya. (is/knrp)