Di Balik Peluncuran Edisi Revisi Buku “A.Amiruddin Nakhoda dari Timur” (7) Amiruddin, Pemimpin yang Penuh Determinasi

A.amiruddin
Buku A.Amiruddin Nahkoda dari Timur dengan latar penulis Dahlan Abubakar

NusantaraInsight, Makassar — Saya (Basri Hasanuddin) bergabung ke kancah dinamika Universitas Hasanuddin di bawah kepemimpinan Prof.Dr.H.A.Amiruddin pada awal tahun 1977. Ketika itu saya baru saja kembali di tanah air dari mengikuti program pendidikan lanjutan di luar negeri. Saat saya melapor ke Prof. Amiruddin sebagai rektor, beliau meminta saya membantu memikirkan pengembangan sumber daya manusia Unhas, khususnya tenaga akademik. Beliau memercayakan saya mengemban tugas sebagai Ketua Program Pengembangan Staf Akademik Unhas.

Itulah pekerjaan pertama saya setelah balik dari pergulatan menuntut ilmu pada pendidikan lanjutan pada School of Economics University of the Philippines dari tahun 1972 hingga 1977.

Dalam interaksi kedinasan maupun nondinas dengan Pak Amiruddin, saya menangkap kesan yang kuat tentang beliau sebagai sosok pemimpin yang penuh determinasi dalam mengemban tugas kepemimpinan dan merealisasikan apa yang menjadi cita-citanya sejak diberi tanggungjawab memimpin Unhas.

Saya pernah membaca buku tentang Leadership yang mengungkapkan tentang syarat utama yang perlu dimiliki seorang pemimpin. Syarat penting itu adalah, seorang pemimpin haruslah seorang strategic thinker (pemikir strategik). Sekaligus juga sebagai culture builder (pembangun budaya). Dua syarat pokok menurut pengamatan saya melekat pada diri Amiruddin.

BACA JUGA:  Terekam CCTV Oknum Camat Diduga Mesum dengan Bawahan di Ruang Kerjanya

Sebagai strategic thinker, Pak Amiruddin hadir di Unhas dengan gagasan-gagasan strategik dan dengan penuh determinasi melaksanakan gagasan-gagasan besarnya itu.

Saya masih ingat cita-cita besarnya untuk membangun dan mengembangkan Unhas sebagai pusat pengembangan Iptek yang berawal dari gagasan pembangunan kampus baru.

Sebab, kampus Unhas di Baraya yang sering banjir di musim hujan, tampaknya tidak mampu menampilkan citra fisik Unhas sebagai sebuah kampus yang berwibawa.

Mulanya, ada kalangan yang rada skeptis dengan gagasan itu. Tetapi Pak Amiruddin melangkah dengan dengan penuh determinasi untuk mewujudkan cita-cita besarnya. Cita-cita pembangunan kampus baru Unhas kemudian digarapnya dengan penuh keteguhan. Lalu menghasilkan persetujuan pemerintah bagi pembangunan kampus baru Universitas Hasanuddin di atas lahan seluas 220 ha (termasuk kompleks perumahan) di Tamalanrea pada awal tahun 1980-an.

Kampus baru itu memperoleh bantuan dana pinjaman dari Asian Development Bank (ADB). Dana bantuan ADB yang berjumlah (kalau tidak salah) 30 juta dollar AS ditambah dengan dana counterpart pemerintah Indonesia, diperuntukkan bagi pembangunan gedung kuliah kelompok eksakta, gedung perpustakaan, fasilitas laboratorium, dan pengembangan tenaga akademik.