Cuaca Sepekan : Indonesia Masuki Pancaroba Ada Potensi Hujan Es

Cuaca sepekan
Prospek Cuaca Sepekan

NusantaraInsight, Makassar — Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan rilis Prospek Cuaca Sepekan, periode tanggal 8 – 14 April 2025.

Dalam rilis resmi yang dikeluarkan melalui laman bmkg.go.id pada Senin 7 April 2025. BMKG menyampaikan agar berhati-hati terhadap hujan deras yang disertai petir yang datang tiba-tiba disebabkan karena sebagian besar wilayah Indonesia memasuki masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau atau pancaroba.

Dalam keterangannya BMKG juga menyebutkan bahwa 403 Zona Musim (ZOM) adalah jumlah zona musim yang diprediksi akan memasuki musim kemarau pada periode April hingga Juni 2025, menurut BMKG. Angka ini setara dengan sekitar 57,7% wilayah Indonesia.

Tandanya adalah, hujan pada siang dan malam hari yang didahului dengan udara yang hangat pada pagi serta siang hari yang menyebabkan atmosfer jadi labil.

Lebih lanjut menjelaskan bahwa pemanasan permukaan yang kuat dapat memicu pembentukan awan-awan konvektif, terutama awan Cumulonimbus yang menyebabkan berpotensi hujan lebat yang disertai kilat dan angin kencang. Kondisi seperti ini, dapat memicu hujan es dan angin puting beliung.

BACA JUGA:  Soft Launching Novel Autobiografi dan Wedding Anniversary 34th, Kembong Daeng : Ambil Hikmah dari Pesan Leluhur

Secara karakteristik, hujan pada saat pancaroba cenderung tidak merata dan berlangsung dalam durasi singkat.

Dinamika Atmosfer Cuaca Sepekan

Gangguan Madden Julian Oscillation (MJO) secara spesifik Diprediksi aktif di Samudera Hindia Barat Aceh, Sumatera bagian tengah hingga Utara, Laut Cina Selatan, Kalimantan bagian Tengah hingga Utara, Laut Sulawesi, Laut Maluku, Maluku Utara, Laut Halmahera dan Samudera Pasifik Utara Papua.

Kombinasi antara MJO, gelombang Kelvin, gelombang Rossby Ekuator dan gelombang Low Frequency pada wilayah dan periode yang sama terpantau aktif di wilayah Indonesia bagian tengah hingga Utara sehingga berpotensi meningkatkan aktivitas konvektif serta pembentukan pola sirkulasi siklonik di wilayah tersebut.

Adapun gangguan MJO adalah fenomena atmosfer yang dapat menyebabkan hujan lebat di tengah musim kemarau. MJO merupakan singkatan dari Madden-Julian Oscillation, yaitu gangguan gelombang ekuator yang bergerak dari barat ke timur. Karakteristik MJO, terjadi di wilayah tropis, pergerakan aktivitas konveksi dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik, biasanya muncul setiap 30 sampai 40 hari dan dapat bertahan selama 30 hingga 90 hari

BACA JUGA:  Program Gratis Seragam Sekolah Segera Diluncurkan

Dampak MJO, menyebabkan ketidakpastian cuaca, hujan lebat selama beberapa hari, banjir dan tanah longsor, dan menyebabkan siklus musim kemarau terganggu.

Dinamika Atmosfer juga terdampak pada daerah tekanan rendah, diprakirakan terbentuk di Teluk Benggala, sementara itu sirkulasi siklonik terbentuk di Kalimantan Selatan, Samudera Pasifik, Utara Papua dan Laut Arafura. Akibatnya, membentuk daerah konvergensi memanjang di pesisir Utara Aceh, Sumatera Utara hingga Aceh, dari Kalimantan Tengah hingga Kalimantan Barat, dari Papua Barat hingga Papua Selatan. Ini juga menyebabkan terbentuknya daerah konfluensi di Samudera Hindia, Barat Sumatera, Laut Banda, Samudera Pasifik dan Utara Papua.