Catatan M.Dahlan Abubakar
NusantaraInsight, NTB — Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) NTB, Julmansyah, mengatakan, kondisi Kawasan hutan di Nusa Tenggara Barat (NTB), terutama di Pulau Sumbawa, saat ini berada pada situasi yang cukup memprihatinkan. Banyak kawasan hutan telah dialihfungsikan untuk penanaman jagung, yang menyebabkan kerusakan ekosistem dan meningkatnya luas lahan kritis.
Menghadapi persoalan ini, Pemerintah Provinsi NTB berkomitmen melakukan berbagai upaya untuk menyelamatkan ekosistem hutan dan lahan kritis di NTB. Pemulihan ekosistem hutan dan lahan kritis di NTB harus dilakukan dengan pendekatan yang tidak biasa.
“Karena NTB sedang menghadapi invasi monokultur jagung yang mengancam kelestarian hutan,” kata Julmansyah kepada RRI, Kamis (30/1/2025).
Salah satu langkah yang diambil adalah program “satu resort satu demplot agroforestry”. NTB saat ini memiliki 74 resort dengan luas lahan mencapai 202 hektar yang akan dijadikan sebagai area percontohan agroforestri.
“Tentunya, demplot ini diharapkan dapat menjadi model bagi masyarakat untuk memahami pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem hutan,” ujarnya.
Pemprov NTB juga menggandeng Korem dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kehutanan untuk melaksanakan program “satu desa satu demplot agroforestry”. Program ini akan dimulai di Kabupaten Sumbawa dengan cakupan 30 desa. Kick-off program ini dijadwalkan pada akhir bulan ini bersama Danrem.
“Langkah ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem hutan dan lahan kritis di NTB, khususnya di Pulau Sumbawa,” ujar Julmansyah.
Sebagai bagian dari upaya pemulihan, program agroforestri ini akan mengutamakan penanaman vegetasi unggul. Hal ini diharapkan dapat mengoptimalkan fungsi ekologis sekaligus memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar hutan.
“Dengan demikian, masyarakat dapat terlibat langsung dalam menjaga kelestarian lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan mereka,” tegas Julmansyah.
Baru Bangun
Membaca berita yang ditulis KBRN ini, saya sebagai salah seorang anak yang lahir di daerah yang kawasan hutannya sangat memprihatinkan, tentu sangat berterima kasih atas rencana program yang akan dilaksanakan.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) NTB setelah lama menunggu ‘suara’-nya terhadap kerusakan hutan di Pulau Sumbawa, khususnya di Kabupaten Bima, sejak tahun 2016 itu, akhirnya bersuara juga. Penggundulan hutan di Kabupaten Bima pada tahun itu “langsung disambut” banjir bandang yang menyapu bersih Kota Bima Desember 2016 dari dua arah, timur dan utara. Saya dan tim medis Association of Medical Doctor of Asia (AMDA) – Asosiasi Dokter Medik Asia – Indonesia yang berkantor pusat di Makassar, selama seminggu memberikan bantuan medik kepada para korban yang berdampak.