Pameran Seni Van Gogh Alive di Jakarta

 

“SENI MENJADI JALAN BAGI MEREKA YANG HIDUPNYA PATAH”

Denny JA

Kutipan itu datang dari pelukis legenda Van Gogh.

NusantaraInsight, Jakarta — Membaca kisah hidup Van Gogh, juga perjalanan karya selama ia hidup, kita memang menyelami contoh kisah hidup seniman yang hidupnya patah berkali- kali. Namun kita juga dipesona oleh karya seni lukis yang gemilang seniman itu.

Dengan pemahaman ini, saya mengunjungi pameran lukisan alive Van Gogh di Jakarta. Ini pameran lukisan di era baru, di era digital.

Kita memang tak melihat lukisan asli Van Gogh. Sangat beresiko membawa karya Van Gogh yang asli karena beberapa karyanya bernilai di atas satu trilyun rupiah.

Namun kita menyaksikan suasana pameran lukisan yang sama sekali berbeda. Aneka lukisannya, on and off, dipresentasikan secara digital dalam bentuk proyeksi di dinding. Dari bentuk di dalam pigura, lukisan Van Gogh berubah menjadi ukuran besar.

Kadang lukisan itu di Zoom, untuk menunjukkan emosi dalam tarikan kuasnya. Kadang lukisan Van Gogh bergerak. Burung- burung itu terbang melintasi satu lukisan ke lukisan lain. Atau kereta api itu berjalan sepanjang dinding.

BACA JUGA:  Seni: Keindahan vs Kesejahteraan

Semua presentasi ini dimungkinkan karena era digital memiliki perangkat untuk mengolah lukisan. Presentasi lukisan itu lebih merasuk lagi karena diiringi musik yang sesuai. Dipajang juga ekspresi hati Van Gogh dalam bentuk teks kalimat.

Namun Van Gogh mempesona bukan semata karena presentasi baru pamerannya. Van Gogh selalu menyentuh karena kisah kesepian, derita, dan emosi yang intens tergambar di lukisannya.

-000-

Semasa hidupnya, Van Gogh membuat lebih dari 2.000 karya seni. Itu terdiri dari sekitar 900 lukisan dan 1.100 gambar dan sketsa.

Tragisnya semasa hidupnya, ia hanya berhasil menjual sebuah lukisan saja: Kebun Anggur Merah (The Red Vanyard).
Harga jualnya 400 franc (kemudian £16), atau sekitar 350 ribu rupiah nilai saat itu. Transaksi itu terjadi di pameran Brussel pada Maret 1890, empat bulan sebelum Van Gogh bunuh diri.

Semasa hidupnya, Van Gogh hidup dalam kemiskinan. Hidupnya ditopang oleh saudara kandungnya Theo.

Kepada Theo pula, Van Gogh mengekspresikan derita hidupnya melalui surat: “Kesedihan ini tak akan pernah berakhir.”

BACA JUGA:  Jerman - Rusia Memanas

Ada beberapa faktor yang menyebabkan lukisan Van Gogh kurang dihargai selama hidupnya. Gaya melukisnya yang unik dan eksperimental tidak sesuai dengan standar seni tradisional pada masa itu.

Gaya ekspresionis dan penggunaan warna yang kuat dalam karyanya dianggap aneh.

Van Gogh juga mengalami kesulitan mempromosikan dan menjual karyanya secara efektif. Ia tidak memiliki hubungan yang kuat dengan galeri seni atau kolektor terkenal pada masanya. Walau banyak sekali karyanya, tapi semua itu tak dikenal oleh publik selama hidupnya.