DATA BUKU:
Judul Buku: Kudeta Mekkah
Penulis: Yaroslav Trofimov
Penerbit: Pustaka Alvabet
Cetakan: I, Desember 2007
Tebal: 368 halaman
Catatan:
Resensi buku ini pernah saya tulis di Harian ‘Fajar’ 24 Februari 2008, dua bulan setelah buku ini diterbitkan dalam versi bahasa Indonesia oleh Pustaka Alfabet . Saya terpicu memuat kembali tulisan ini setelah membaca sebuah tulisan yang ditayangkan di media sosial beberapa waktu yang lalu. (*).
NusantaraInsight, Makassar — ’’Saat tanggal satu Muharram tiba, ketika para pemberontak mengambil alih masjid, Juhaiman berkonsentrasi di sayap militer operasi. Dia memastikan bahwa semua tembok telah terkunci dan para sniper-nya mengontrol semua yang mendekati tempat suci itu. Kalau tidak, seseorang bakal menyampaikan manifesto pemberontakan tersebut, dan menjelaskan peristiwa bersejarah ini kepada dunia Islam.
Setelah merebut mikrofon imam, Juhaiman menyerahkannya kepada kakak tertua Mahdi, Sayid, yang memiliki rasa bahasa Arab klasik halus, untuk memberi kesaksian akan perintah agama dengan setepat-tepatnya.
Dengan irama yang meledak-ledak dan intonasi mengalun, Sayid berbicara layaknya seorang ulama terpelajar, dengan suara sebagaimana penguasa yang dimuliakan.
Pelbagai kejahatan Istana Saud, ungkap Sayid dengan fasih kepada kaum Mukmin seperti yang diamanatkan oleh Juhaiman, adalah bukti nyata bagi kita bahwa hari akhir akan segera tiba, dan kemenangan umat Islam atas orang-orang kafir bakal segera datang….’’
Tiga alinea kutipan tersebut merupakan bagian dari isi buku ini seperti dapat dibaca pada Bab Delapan halaman 95. Prosesi yang saya gambar itu merupakan awal sejarah pengambilalihan Masjidil Haram pada tanggal 20 November 1979 yang menghebohkan itu.
Sebagaimana judul tulisan ini – yang diambil dari subjudul buku itu – peristiwa pengambilalihan Masjidil Haram tersebut merupakan sisi ’sejarah yang tak terkuak’.
Kisah yang sebenarnya tidak pernah diketahui orang sebelum buku ini terbit.
Buku Yaroslav Trofimov – wartawan “The Wall Street Journal” yang banyak melaporkan ihwal agama dan perubahan sosial di wilayah negara muslim, termasuk Indonesia, – mengisahkan pemberontakan yang dilakukan oleh seorang pria bernama Juhaiman.
Nama lengkapnya, Juhaiman bin Saif al-Utaibi. Dia seorang mantan Kopral Garda Nasional Saudi dan menjadi kepala pemimpin pemberontakan Mekkah yang terkenal itu.
Karya ini, yang merupakan buku terbaik versi Bernes and Noble Discover dari Book Sence, mengungkapkan bahwa pengambilalihan Masjidil Haram tersebut didasari ketidakpuasan terhadap pemerintah Kerajaan Saudi yang sudah mulai sekuler. Bersamaan dengan itu, para pemberontak mengusung datangnya seorang Muhammad Abdullah yang dipercayai sebagai Imam Mahdi.