Mengapa ada anak-anak seperti itu? Apakah mereka terlahir jenius, ataukah ada faktor lain yang membentuk kemampuan mereka? Ada dua sisi dalam menjawab pertanyaan ini. Yang pertama adalah “nature,” yang percaya bahwa segala sesuatu, termasuk kecerdasan dan bakat, sudah ada sejak lahir. Yang kedua adalah “nurture,” yang berargumen bahwa lingkungan, pengalaman, dan pendidikanlah yang membentuk kepribadian dan kemampuan seseorang. Namun, adakah fakta ilmiah yang bisa menjelaskan perdebatan ini?
Untuk menjawab ini, para ilmuwan mempelajari anak-anak kembar identic karena DNAnya 100% sama, sehinnga variabel lain seperti lingkungan dapat dikontrol. Salah satu studi terkenal adalah “The Minnesota Study of Twins Reared Apart”. Penelitian ini dimulai pada tahun 1979 oleh Dr. Thomas Bouchard dari University of Minnesota setelah tertarik mempelajari kasus saudara kembar Jim Lewis dan Jim Springer yang terpisah sejak lahir.
Setelah 39 tahun akhirnya bertemu dan ternyata keduanya memiliki banyak kesamaan, seperti kebiasaan menggigit kuku, memilih nama anjing yang sama, hingga menikahi perempuan dengan nama depan yang sama, dan beberapa kebiasaan lainnya yang sama. Oleh karena itu studi lanjutan dilakukan dengan skala lebih besar hingga kurang lebih 20 tahun studi tersebut berhasil mengumpulkan lebih dari 100 pasangan saudara kembar siam yang dijadikan sebagai responden pengamatan. Hasil projek tersebut mengungkapkan fakta bahwa memang benar ada pengaruh daya waris atau disebut heritabilitas dari seseorang terhadap IQ, bahkan ditemukan sebesar 70%. Ada juga penelitian lain menunjukkan bahwa daya warisnya sekitar 57% – 73%. Data ini menunjukkan tingkat kesamaan atau kemiripan yang cukup tinggi.
Lalu pertanyaannya sekarang, apa pentingnya pendidikan kalau hanya 30% yang dapat mempengaruhi kecerdasan atau yang dapat kita kendalikan ? Rupanya tidak sesimpel itu, studi itu mengungkapkan angka 70% itu tidak tetap dan bisa saja berubah secara signifikan tergantung pada lingkungan. Ada penyakit genetic namanya Fenilketonuria yang tingkat daya warisnya 100% menyebabkan pengidapnya mengalami keterbelakangan mental, tetapi penyakit ini bisa dirawat dengan merubah pola makan. Atau kasus lain, nada dan karakteristik suara bawaan bisa diubah dengan latihan vokal atau terapi suara. Atau pengaruh gen pada tinggi badan, meskipun tinggi badan memiliki komponen genetik yang kuat, lingkungan seperti asupan nutrisi dan kesehatan selama masa pertumbuhan juga memiliki dampak besar. Anak-anak dengan gen tinggi dari orang tua mereka bisa saja tumbuh lebih pendek jika mereka mengalami malnutrisi. Sebaliknya, anak dengan gen rata-rata bisa tumbuh lebih tinggi jika mendapatkan nutrisi yang cukup dan pola hidup yang sehat.