“Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami, hujan yang lebat merata, mengairi, menyuburkan, bermanfaat tanpa mencelakakan, segera tanpa ditunda,”
“Ya Allah, turunkan kepada kami air hujan. Jangan jadikan kami termasuk orang yang berputus harapan.”
“Ya Allah, sungguh banyak hamba, negeri, dan jenis hewan, dan segenap makhluk lainnya mengalami bencana, paceklik, dan kesempitan di mana kami tidak mengadu selain kepada-Mu.”
“Ya Allah, tumbuhkan tanaman kami, deraskan air susu ternak kami, turunkan pada kami air hujan karena berkah langit-Mu, dan tumbuhkan tanaman kami dari berkah bumi-Mu.”
“Ya Allah, angkat dari bahu kami kesusahan paceklik, kelaparan, ketandusan. Hilangkan dari kami bencana yang hanya dapat diatasi oleh-Mu.”
“Ya Allah, sungguh kami memohon ampun kepada-Mu, karena Kau adalah maha pengampun. Maka turunkan pada kami hujan deras dari langit-Mu.”
Belum lagi mati lampu bergiliran setiap hari hanya hitungan jam, jam berapa sampai jam berapa giliran siapa yang akan hidup bersama cahaya lilin, seakan hidup dalam ketiakpastian, saya pun bertanya. kepada siapa saya mengadu? Siapa yang harus saya salahkan? Mungkinkah Tuhan? Rasanya tidak mungkin Tuhan, kalau soal giliran mati lampu, buktinya ada sebagian wilayah di kota ini yang hampir dikata tidak merasakan antrian pemadaman yang kata orang “Pemadaman bergilir”
Ada perasaan jengkel, marah, bahkan ada demonstrasi yang dahsyat datang dari penduduk yang menghuni kepala mendorong agar menyurat ke pihak terkait menanyakan hal demikian, namun diredam oleh penguasa wilayah dada bahwa ini adalah ujian, mari menahan emosi dan perasaan marah, kita masih bisa menikmati cahaya lampu, menikmati mandi dengan tenang, beraktivitas dalam kondisi nyaman, aman. Bagaimana dengan saudara kita di negeri kiblat pertama umat islam, negeri tempat dilahirkan para nabi, negeri yang diberkahi Allah, negeri tempat dimana nabi Muhammad SAW. Menerima wahyu tentang sholat yakni negeri Palestina mereka hidup dalam kepungan kebiadapan zionis yahudi laknatullah. “Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjid Al-Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.’ {Surat Al-Isra’ ayat 1). Nasehat dari penguasa dada itu kemudian meredam demontrasi dari penduduk kepala.
Ya sudahlah lagian bukan itu yang mau saya bahas, saya mau ke acara Soft Launching Novel Autobiografi Kembong Daeng, berjudul “Permata Karya” Karya Prof. Kembong. Yang 2 hari sebelum sang penulis itu mengundang saya secara langsung saat kami bertemu di acara “Silaturrahmi Penulis Makassar” yang diadakan oleh SATUPENA Sulawesi Selatan di KAFE BACA.







br






