Kordes KKN Unhas di Pinrang dan Bacaan Donal Bebek

Kami menempati rumah berbeda selama KKN di Desa Paria, antara Februari hingga Maret 1992 itu. Saya dan beberapa teman menempati rumah Bidan Desa, yang punya seorang anak angkat usia sekira 4 atau 5 tahun. Rumah yang kami tempati itu berupa rumah batu permanen.

Sebagian teman tinggal di rumah Kepala Desa Paria, namanya Haji Bancing. Rumahnya bergaya tradisional, berupa rumah atas, dengan tangga batu yang sudah disemen. Rumahnya cukup rimbun, dengan tanaman buah maupun tanaman hias yang diletakkan di pot-pot dan ditata rapi.

Posisi kedua rumah ini berhadapan, hanya dibatasi oleh jalan raya. Rumah yang saya tempati merupakan Posko KKN untuk Desa Paria. Mungkin karena saya sebagai Kordes tinggal di situ hehehe.

Program yang kami buat, tak jauh-jauh dari kegiatan anak KKN di masa itu. Membuat papan potensi desa, nama-nama dusun, dan tugu jam desa. Papan informasi terkait penanaman mangrove juga kami kerjakan.

Papan edukasi “10 Program Pokok PKK” yang ditulis di atas papan warna-warni serupa penunjuk arah, juga kami buat. Program-program PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, dahulu singkatannya Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) mencakup penghayatan dan pengamalan Pancasila, gotong-royong, pangan, sandang, perumahan dan tata laksana rumah tangga, pendidikan dan keterampilan, kesehatan, pengembangan kehidupan berkoperasi, kelestarian lingkungan hidup, dan perencanaan sehat.

BACA JUGA:  Pengantar Buku Riset Internasional LSI Denny JA: MENENTUKAN KEMAJUAN NEGARA MELALUI INDEKS TATA KELOLA PEMERINTAHAN

Kerja bakti, membuat gorong-gorong dan duiker (dekker), juga menjadi program kami. Selain itu, diadakan pula seminar, dan ikut dalam aktivitas olah raga pemuda desa.

Di desa ini ada lapangan yang biasa digunakan oleh pemuda untuk bermain bola voli atau sepak takraw. Tidak selalu kami ikut bermain. Lebih sering sebagai penggembira saja.

Kegiatan ini penting dihadiri sebagai cara kami mendekati pemuda agar program-program yang kami kerjakan peroleh dukungan. Bersosialisasi dan berbaur dengan masyarakat tentu saja punya banyak manfaat.

Keahlian saya sebagai tukang bikin spanduk benar-benar bermanfaat selama KKN. Berbagai papan informasi dalam beragam ukuran saya kerjakan. Saya membuatnya di teras, di rumah Bu Bidan.

Untuk kegiatan ilmiah, kami mengadakan seminar pertanahan membahas hukum agraria. Persoalan-persoalan pertanian, pertambakan, dan pertanahan yang aktual saat itu dibahas.

Bila tiba waktu kerja bakti atau aktivitas yang menguras fisik, ada-ada saja teman yang punya alasan. Tentu disampaikan dengan gaya guyon.

Saya cukup toleran untuk urusan ini. Kompensasinya, yang tidak ikut kerja, akan membuatkan kami minuman.