Catatan dari Pelatihan Produksi Konten Dakwah Digital Muhammadiyah (1)

Konten Dakwah Online Didominasi Kelompok Ekslusif

Oleh: Asnawin Aminuddin
(Majelis Tabligh Muhammadiyah Sulsel)

NusantaraInsight, Yogyakarta — Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengadakan Pelatihan Produksi Konten Dakwah Digital, di Hotel Lynn, Jl Jogokariyan, Yogyakarta, Jumat – Ahad, 1-3 Desember 2023.

Pelatihan diikuti perwakilan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) se-Indonesia, serta beberapa perwakilan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) dan beberapa mahasiswa dari Universtas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.
Dibuka oleh Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Fathurrahman Kamal, pelatihan menyajikan beberapamateri yaitu Pemanfaatan Media Sosial dalam kegiatan tabligh Muhammadiyah (oleh Ismail Fahmi), Personal Branding on Media Social (oleh Fajar Junaedi), Public Speaking (oleh Raden Muhammad Ali), Dakwah on The Digital Age (oleh Muhammad Najih Farihanto), Publikasi dan Youtuber Analysitcs (oleh Gibbran Prathisara), serta Manajeman Sosial Media (oleh Muhammad Najih Farihanto).
Selain teori, juga ada pelatihan teknis pembuatan konten dakwah sosial media TikTok yang dipandu Adi Safitra.
Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Fathurrahman Kamal, juga membawakan materi pembuka berjudul “Tantangan Dakwah di Era Disrupsi: Saran dan Rekomendasi.”
Fathurrahman mengatakan, era revolusi industri 4.0 atau disebut juga dengan era disrupsi teknologi ditandai dengan terjadinya transformasi di berbagai bidang.
“Revolusi ini berkat inovasi disruptif yang menghadirkan paradigma baru, yakni perubahan cepat dalam mengubah atau menggeser tatanan yang lama,” kata Fathurrahman.
Dia mengatakan, kita sekarang ini menghadapi atau berada di era VUCA. VUCA adalah singkatan dari Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity. Istilah ini diciptakan oleh Warren Bennis dan Burt Nanus, dua orang pakar ilmu bisnis dan kepemimpinan dari Amerika.
“Volatility atau volatilitas adalah tantangan tidak terduga dan tidak diketahui berapa lamanya; tidak mudah ditebak, dan solusinya seringkali tak terpikirkan,” jelas Fathurrahman.
Uncertainity atau ketidakpastian menggambarkan situasi dimana orang-orang akan sulit memprediksi sebuah keakuratan yang akan terjadi di masa depan.
Complexity (kompleksitas) yaitu banyak bagian dan variable yang saling berhubungan, tidak linear. Complexity atau kompleksitas dalam lingkungan VUCA sulit untuk secara langsung memahami penyebab masalah. Interdependensi dan interkoneksi dari berbagai peristiwa dapat saling mempengaruhi dan menimbulkan permasalahan yang ada.
“Ambiguity atau ambiguitas adalah hubungan sebab akibat sama sekali tidak jelas,” kata Fathurrahman.
Di era VUCA, kita dihadapkan pada kondisi dimana terjadi perubahan skala besar (volatility), kesulitan melakukan prediksi secara akurat (uncertainty), kerumitan tantangan akibat berbagai faktor yang saling terkait (complexity), dan ketidakjelasan suatu kejadian dengan mata rantai akibatnya (ambiguity) atau yang disebut sebagai kriteria VUCA.
Situasi lingkungan yang hadir serba tidak pasti, fluktuatif, kompleks, sulit diprediksi dan kebenaran realitas bersifat subjektif.
“Kita sekarang menghadapi situasi yang berubah. Era media baru atau new media telah memberi perubahan dalam semua sektor, termasuk pada aspek spiritual dan moral. Situasi baru ini menuju pada satu kondisi baru yaitu new media, new player, new audience, new content, dan new relations,” sebut Fathurrahman.
Aktivitas keagamaan dan relasi sosial, katanya, mengalami perubahan drastis melalui media internet.

Iklan Amri Arsyid
BACA JUGA:  Beri Kemudahan Akses, Kemenkumham Gorontalo Menggelar Layanan Publik Akhir Pekan