NusantaraInsight, Makassar — AB Iwan Azis begitu antusias ketika bicara terkait penataan reklame di Kota Makassar.
Menurut Ketua ASPRI (Asosiasi Pengusaha Reklame Indonesia) ini, butuh ketegasan pemerintah Kota Makassar, biar reklame yang terpasang di setiap ruas jalan tidak merusak keindahan dan pemandangan kota ini.
“Kita berharap pada pemerintahan baru, yang akan memimpin Makassar lima tahun ke depan, agar tegas dalam menegakkan aturan,” papar Iwan Azis, di Warkop Azzahrah Jalan Abdullah Daeng Sirua, Senin, 3 Februari 2025.
Iwan Azis merespons suara-suara kritis dan keluhan banyak warga kota ini. Bagaimana tidak? Reklame dalam berbagai ukurang saling menumpuk, bikin sepet mata.
Banyak pula reklame yang di pasang di pojok dan tikungan jalan, hingga menghalangi pandangan pengendara. Belum lagi bila masuk musim Pemilihan Umum (Pemilu), yang merupakan siklus lima tahunan. Baliho-baliho caleg dan kandidat yang dipasang sepanjang masa kampanye, tidak jarang dipasang secara semrawut dan serampangan.
Menurutnya, kondis ini muncul akibat tidak konsistennya Pemkot Makassar menjalankan aturan. Celah ini lantas dimanfaatkan. Apalagi tidak semuanya dikelolah oleh PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu). Bahkan terkesan yang lebih dominan adalah Bapenda, terutama dalam pengawasan dan oembongkaran.
Perhatian Iwan Azis pada persoalan penataan reklame di Kota Makassar, diakui, sudah sejak dia membentuk ASPRI di tahun 1984. Ini sebagai kecintaannya terhadap Kota Makassar, yang kian maju di segala bidang. Nama ASPRI ini, katanya, terinspirasi dari asisten pribadi, yang juga biasa disingkat Aspri.
Organisasi ini, jelas Iwan Azis, dibentuk pada masa Kolonel Jancy Raib, menjadi Walikota Makassar (1983-1988). Kala itu, dia tengah berada di Kantor Walikota Makassar, yang masih berada di Jalan Balaikota, sekarang Museum Kota Makassar.
“Dulu itu saya masih cekatan. Sehingga begitu dapat arahan walikota, saya langsung ajak teman-teman,” kenang Iwan Azis, sambil menuangkan susu ke dalam gelasnya.
Dia memang punya kemampuan berorganisasi dan mampu mengkomunikasikan gagasannya secara baik. Jejaring yang luas sebagai jurnalis, termasuk di kalangan pejabat dan pengusaha, memudahkan seorang Iwan Azis bergerak.
“Saya biasanya kalau melihat sesuatu yang tidak kondusif, saya kritisi, kemudian kasi pandangan agar bisa ditata lebih baik,” demikin prinsip hidupnya.
Dia lalu mengajak beberapa temannya untuk bergabung ke dalam ASPRI. Ada Johan Gozal, pemilik Jozz Karya, La Ode Iqtar, pemilik Mega Nikmat Nusantara, dan Kedy, pemilik PT Blambangan.