Prof Ahmad Amiruddin yang pernah punya posisi penting di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) itu terkenal dengan Tri Konsep Pembangunan Sulawesi Selatan. Program inovasi yang diingat sebagai smart practice ini, terdiri dari perubahan pola pikir, pengwilayahan komoditas, dan petik-olah-jual.
Konsep ekonomi kawasan yang dikembangkan menempatkan daerah ini memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Juga Sulawesi Selatan berhasil sebagai lumbung pangan nasional.
Prestasi dan sejarah sudah diukir oleh intelektual-birokrat itu dan sudah menjadi memori kolektif bagi mereka yang besar di era 70-90an- para generasi Baby Boomers dan Generasi X. Namun, bagi Generasi Milenial dan setelahnya, perlu ada narasi dan literasi tentang sosok Prof Ahmad Amiruddin, penerima Medali Perjuangan Angkatan 45, Bintang Legiun Veteran, Satyalancana Wirya Karya, Santyalancana Pembangunan (koperasi), Santyalancana Pembangunan (pertanian), Bintang Mahaputra Utama, dan sederet penghargaan prestisius lainnya.
Sehingga sangatlah layak dan merupakan suatu penghormatan bila nama Prof Ahmad Amiruddin disematkan dan diabadikan mengganti nama Jalan Perintis Kemerdekaan. Jalan ini membentang sejauh 11 kilometer, dari Jembatan Tello hingga Simpang Lima Bandara Internasional Sultan Hasanuddin.
Artinya, bila nanti sudah diganti maka mereka yang akan masuk Kota Makassar bakal melewati jalan itu bila tidak lewat tol, demikian pula sebaliknya. Penggantian nama jalan ini membuat kita akan selalu menyebut dan mengingat nama Prof Ahmad Amiruddin, yang banyak berkontribusi, tak sebatas bagi kemajuan daerah, melainkan juga bagi bangsa dan negara ini. Semoga terwujud. (*)