“Marah, dia langsung dia nelepon ketua tim saya. Kebetulan Mas Angga waktu itu lagi sakit. Jadi nggak angkat telepon, itu udah malam-malam gitu. Terus akhirnya nggak diangkat. Nggak diangkat kan namanya orang sakit mungkin berobat. Mungkin ketiduran gitu ya. Tapi akhirnya di-WA ‘saya pecat kamu’,” papar Neni.
Tidak sendiri, Angga juga dipecat bersama Neni. Detiknews menulis, informasi pemecatan didapatkannya melalui Sekjen Kemendikti.
Kejadian yang menimpa Neni Herlina ini menjadi makanan empuk media sosial. Imbasnya, informasinya langsung menjadi viral. Di saat demo berlangsung, sosial media seperti TikTok dan Instagram diwarnai dengan rekaman suara atau “voice note” viral yang diduga Menteri Satryo tengah marah-marah. Rekaman sepanjang 42 detik tersebut memperdengarkan suara seseorang tengah marah akibat air yang tidak menyala.
“Sengaja? Membuat rumah ini ga ada air? Tadi air hidup, kok tiba-tiba mati? Ulah si Ricky, kamu diam aja! Nggak tanggung jawab sama sekali,” ungkap suara marah pria yang diduga Satryo. Sementara itu, sosok suara pria lainnya hanya meminta maaf berulang kali.
Satryo Soemantri Brodjonegoro, buka suara soal demo ratusan ASN dari Ditjen Dikti Kemdikti Saintek buntut pemecatan pegawai. Satryo membantah dirinya suka marah-marah hingga menampar bawahannya.
“Nggak ada, tidak benar,” tegas Satryo usai menghadiri pelantikan Rektor ITB di Bandung, Senin (20/1/2025) yang ternyata lawan rektor yang dilantik adalah Brian Yuliarto yang 19 Februari 2025 menggantikan dirinya sebagai Menteri Diktisaintek.
“Demo itu terkait kami sedang melakukan upaya mutasi besar-besaran karena pecahnya jadi tiga menteri, kita perlu banyak orang, kita ingin benahi sesuai amanat presiden harus hemat dengan anggaran pemerintah,” lanjutnya.
Satryo mengaku ada pihak yang tidak ingin dimutasi. Sehingga terjadi demonstrasi yang menarik perhatian publik seluruh Indonesia.
“Kita melakukan mutasi yang cukup besar, karena memang ada pihak yang berkenan,” imbuh dia.
“Pendemo kan cari sesuatu yang menarik, intinya kita sedang bersih-bersih,” tegasnya.
Ketika menjawab pertanyaan KompasTV yang mengklarifikasi tudingan pendemo, Satryo saya lihat menjawab seadanya. Dari gesturnya, saya bisa membaca bahwa apa yang dijelaskannya itu bertentangan dengan apa yang pernah dikatakan kepada Neni Herlina. Belum lagi ketika hendak mengatakan sesuatu, tampak mikro gesturnya bereaksi lain. Seperti gerak bibir dan juga pandangan matanya saat menjelaskan suatu kalimat.
Saya sudah menduga saat kasus ini viral di media, sang Menteri akan mendapat masalah. Apalagi ketika dia menjelaskan sudah melapor kepada Presiden Prabowo Subianto melalui Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya. Saat dicecar KompasTV mengenai komentar Presiden, Satryo terkesan sulit mencari kalimat untuk menjelaskannya. Saya kira, Presiden menyimak pemberitaan media TV, khususnya KompasTV yang “independen dan terpercaya”.
Terus terang, ketika namanya diumumkan sebagai Menteri Pendidikan Tinggi Sains Teknologi, Satryo Soemantri Brodjonegoro saya anggap sosok yang tepat menduduki posisi itu. Soalnya, dia pernah menjabat Dirjen Pendidikan Tinggi pada periode 1999 hingga 2007, ketika Yahya Muhaimin (1999), Abdul Malik Fajar (2001), dan Bambang Sudibyo (2004) menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Pria kelahiran Delf, Belanda, 5 Januari 1956 ini adalah putra dari Soemantri Brodjonegoro, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan masa tugas terpendek 28 Maret s.d. 18 Desember 1973, karena meninggal dunia, kemudian digantikan Sjarif Thayeb yang menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahuj 1974 hingga 1978.







br






