NusantaraInsight, Gaza — Perempuan Gaza mengirimkan pesan kepada dunia, bahwa mereka memiliki kekuatan dan ketabahan melawan agresi Israel.
Mereka mendirikan tenda dari kumpulan kaleng kosong dan salad berduri untuk pesan tersebut.
Meskipun menjadi salah satu korban terbanyak dalam agresi brutal di Jalur Gaza, yang telah merenggut nyawa puluhan ribu orang yang mati syahid, terluka dan hilang.
Para perempuan Gaza, meski menderita luka-luka, terus mengirimkan pesan kepada dunia bahwa mereka berdiri tegak melawan rencana penggusuran dan perampasan tanah mereka.
Mereka mengakar kuat di bumi yang telah diwarnai dengan darah para martir, yang kini menyuburkan pohon ketahanan di Gaza, memberinya kekuatan. Mereka merusak proyek-proyek musuh dan orang-orang yang menyediakan senjata dan perbekalan pada masa mereka bermimpi untuk mengosongkan tanah penduduknya.
Pikiran mereka kebingungan melihat ketangguhan masyarakat Gaza dan inovasi mereka dalam segala cara perlawanan.
Perempuan Gaza membangun tenda dari ribuan kaleng kosong untuk menyampaikan pesan kepada dunia dan musuh bahwa “meskipun rumah kami hancur, kami akan bangkit dari ketiadaan untuk mencari perlindungan dan tetap tinggal sampai membangun kembali rumah kami.”
Kelompok perempuan kedua di Gaza membuat “salad berduri” untuk mengirimkan pesan yang kuat kepada mereka yang melanjutkan perang sistematis kelaparan melawan Gaza: “Kami akan tetap berada di tanah kami, bahkan jika kami memakan durinya, meminum kepahitannya dan menelan rasa sakitnya, kamu tidak akan mencabut kami dari tanah kami.”
Seorang perempuan merdeka dari Gaza menceritakan kepada dunia dengan bangga, bermartabat dan terhormat, “Ini adalah Gaza, tanah para nabi dan ketabahan. Maka silakan ambil sejengkal demi sejengkal tanah dari Gaza atau dari Al-Aqsa, kami akan menang atas izin Yang Maha Kuasa.”
“Kembalinya kami adalah suatu keniscayaan, dan tenda itu hanyalah ilusi.” Ungkapan ini menghiasi tenda yang seluruhnya terbuat dari makanan kaleng kosong di kawasan Deir al-Balah di Jalur Gaza tengah.
Pemandangan tenda-tenda yang menampung pengungsi Palestina dan memadati jalanan serta alun-alun sudah tidak asing lagi, hanya saja tenda ini mengusung pesona berbeda.
Tenda makanan kaleng yang dibangun di kawasan yang dikenal dengan Negeri Pohon Palem itu dihiasi bendera Palestina dan atapnya terbuat dari pelepah palem. Di pintunya, tertulis kata-kata “Kembalinya kami adalah suatu keniscayaan, dan tenda ini hanyalah ilusi,” tertulis, dan dindingnya bertuliskan kalimat “Dari kehidupan negosiasi ke kehidupan makanan kaleng.”