Jejak I Lo’mo Ri Antang Sebagai Pembaharu Masyarakat Antang, Makassar

Mahasiswa Jurusan Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Hasanuddin ini, bertemu dengan istri Daeng Beta, penjaga makam I Lo’mo Ri Antang.
Mahasiswa Jurusan Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Hasanuddin ini, bertemu dengan istri Daeng Beta, penjaga makam I Lo’mo Ri Antang.

NusantaraInsight, Makassar — Mungkin tidak banyak yang tahu, Antang yang berada di Kecamatan Manggala, punya sejarah yang berkaitan dengan penyebaran agama Islam di Makassar. Inilah yang jadi alasan, mahasiswa seperti Aldi melakukan studi lapangan di daerah makam I Lo’mo Ri Antang, Kamis, 28 Maret 2024.

Mahasiswa Jurusan Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Hasanuddin ini, bertemu dengan istri Daeng Beta, penjaga makam I Lo’mo Ri Antang.

Lo’mo Ri Antang atau I Lo’mo Ri Antang merupakan salah seorang yang berperan dalam penyebaran agama Islam di Kerajaan Gowa. Sekitar tahun 1605, Islam resmi dianut di kerajaan Gowa-Tallo. Disebarkan oleh Syekh Abdul Jawad Katib Tunggal yang dikenal dengan nama Datuk Ri Bandang. Lo’mo Ri Antang merupakan tokoh ulama dan salah satu guru Syekh Yusuf. Guru lainnya adalah Datuk Ri Panggentungang, putra Datuk Ri Bandang.

Nama Antang, sebagaimana dituturkan Dg Beta semasa hidupnya, diambil dari kata ammantang persis seperti dalam ucapan I Lo’mo Ri Antang. Dia berpesan untuk dibangunkan rumah, yang dalam bahasa Makassar, disebut “ammantang”.

BACA JUGA:  Semakin Digemari di Makassar, Reborn Boxing Camp Jadi Pusat Pengembangan Atlet Muay Thai

Mengutip dari cerita (catatan harian) Lontara Bilang, salah satu warisan yang diyakini masyarakat setempat, menyebutkan bahwa pada tahun 1644, ketika Syekh Yusuf sedang berlayar ke Mekkah dengan kapal Melayu, Lo’mo Ri Antang dan Syekh Yusuf pun ikut menunaikan ibadah haji.

Lo’mo Ri Antang meninggal dunia dalam perjalanan itu. Penyebab kematiannya tidak disebutkan secara jelas. Khawatir jenazah akan membusuk di kapal, maka nakhoda melakukan penguburan di laut. Dalam Lontara Bilang disebut dengan muatan atau menenggelamkan ke laut. Perjalanan dilanjutkan setelah prosesi pemakaman.

Setelah menyelesaikan pelayaran, kapal yang ditumpangi Syekh Yusuf akhirnya sampai di dermaga Jeddah. Sungguh ajaib, sesampai di dermaga, Syekh Yusuf mendapati I Lo’mo Ri Antang sudah dalam keadaan sehat.

Peristiwa seperti ini mustahil terjadi pada masyarakat awam. Namun tidak bagi orang seperti Syekh Yusuf dan Lo’mo Ri Antang yang dekat dengan Tuhan dan sudah menjalani kehidupan ibadah setingkat marifat. Bagaimana seseorang yang sebenarnya telah mati dan terkubur di tengah lautan bisa hidup kembali dan mencapai tujuannya secepat mungkin?

BACA JUGA:  Jadwal Lengkap Liga 1 2024/2025 Pekan Ini

Sejak kejadian itu, Lo’mo Ri Antang kemudian dipanggil Hayyun Fiddar, atau Yang Tinggal di Dua Tempat, sebagai anugerah yang diberikan Tuhan kepada seorang wali bernama I Lo’mo Ri Antang.

Cerita atau kisah ini, kata Aldi, sungguh menarik. Apalagi dia mendapat pembelajaran tentang latar belakang nama Antang.