Dua Pendekar Mabuk

Oleh Aslam Katutu
(Sebuah Narasi Satir Politik Global)

NusantaraInsight, Makassar — Saat ini dunia punya dua pendekar. Tapi bukan pendekar kebenaran, bukan pembela rakyat, bukan pejuang perdamaian. Mereka adalah pendekar mabuk. Mabuk kuasa. Mabuk pengaruh. Mabuk ambisi. Namanya Donald Bebek dan Setannyaho.

Keduanya berasal dari dua negeri yang berbeda: satu dari Barat, jantung kapitalisme dunia; yang lain dari Isrewel, negara kecil yang menggenggam bara besar di Timur Tengah.

Mereka tak bersaudara, tapi pikirannya satu: menguasai dunia dengan retorika, propaganda, dan kekerasan. Dan kelak, sejarah mengenang mereka bukan sebagai pahlawan, tapi sebagai dua pendekar mabuk yang memicu kobaran api Perang Dunia Ketiga.

Babak Satu: Meja Konspirasi

Donald Bebek duduk di ruang oval, memainkan pena emasnya sambil mengisap kata-kata rasis dari pikirannya yang keruh.

Setannyaho berdiri di podium Knesset, mengangkat tangan tinggi dengan retorika kebencian yang menggema seperti genderang perang. Mereka sama-sama tersenyum, bukan karena bahagia, tapi karena merancang sesuatu yang besar: konfrontasi total dengan Iran.

BACA JUGA:  Uang Beredar Februari 2025

“Ayo, Setan,” kata Bebek suatu malam melalui sambungan telepon rahasia. “Buat mereka bereaksi. Provokasi. Nanti kami dukung dari belakang.”
Setannyaho tak perlu diyakinkan dua kali.

Ia tahu, ini adalah peluang untuk melegitimasi pendudukan, memperluas wilayah, menekan Palestina lebih dalam. Dan Bebek? Ia melihat peluang emas untuk menjadi ‘presiden perang’, memperkuat basis nasionalismenya, dan mengalihkan perhatian dari skandal demi skandal.

Dunia menonton dengan ngeri ketika kedua pendekar ini mulai memainkan lakon mautnya. Pertama-tama Iran dirudal lalu disudutkan dengan flying the victim, seakan-akan Isrewel adalah korban.

Palestina yang tertindas dan terblokade sejenak dilupakan oleh dunia. Persatuan negara-negara Arab dipecah. Rusia dan China dan negara-negara lain yang bukan sekutunya memperhatikan dengan seksama dengan penuh ketegangan. Dan ketika rudal pertama diluncurkan ke Iran oleh Isrewel , jantung mulai dunia bergetar. Dramanya mulai dimainkan.

Babak Dua: Mabuk Kekuasaan

Seperti pendekar dalam kisah klasik, mereka berjalan di atas darah sambil menyebut nama Tuhan dan bangsa. Tapi tak ada Tuhan dalam perang yang mereka bangun. Hanya ambisi dan paranoia.

BACA JUGA:  Tarif Impor Trump

Bebek berkampanye dengan slogan “Make us Great Again !” untuk meyakinkan negaranya, tapi yang ia bangun adalah tembok-tembok pemisah, dari para tokoh yang tidak setuju dengannya. lalu Ia percaya sepenuhnya kepada Isrewel untuk menyiram bensin ke lautan konflik.