HIDUPMU BERHARGA, JANGAN SIA-SIAKAN DEMI VALIDASI ORANG LAIN

Gen Z
Aslam Katutu

Oleh Aslam Katutu

NusantaraInsight, Makassar — Hidup ini terlalu berharga untuk dihabiskan hanya demi mendapatkan pengakuan dari orang lain. Terlalu banyak potensi yang bisa kamu capai, terlalu banyak momen berharga yang bisa kamu nikmati, bila kamu mau memilih untuk hidup berdasarkan keinginan hatimu sendiri — bukan berdasarkan ekspektasi orang lain. Setiap langkah yang kamu ambil seharusnya mencerminkan siapa dirimu, bukan sekadar upaya memenuhi standar yang orang lain tetapkan.

Terlalu singkat hidup ini jika setiap keputusanmu, setiap pilihanmu, hanya ditentukan oleh apa kata mereka. Apakah mereka akan menyetujui? Apakah mereka akan menganggapku sukses? Apakah mereka akan memandangku lebih baik? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu, tanpa sadar, menjadi belenggu yang membuatmu kehilangan kebebasan sejati dalam menjalani hidup. Kamu menjadi aktor dalam sandiwara yang bukan kamu tulis sendiri, melainkan skrip buatan orang lain.
Padahal, dalam kenyataannya, kamu tidak perlu membuktikan apa pun kepada siapa pun. Hidup ini bukanlah kompetisi untuk mendapatkan tepuk tangan terbanyak. Nilai dirimu tidak bergantung pada seberapa banyak orang yang mengakui keberhasilanmu atau memuji pencapaianmu. Nilai dirimu ada dalam keberanianmu untuk menjadi dirimu sendiri, bahkan ketika itu tidak populer atau tidak sesuai dengan harapan banyak orang.

BACA JUGA:  Soal Angka Kemiskinan

Lebih buruk lagi, sering kali, demi mendapatkan validasi tersebut, seseorang rela mengorbankan jati dirinya. Berpura-pura menjadi seseorang yang berbeda, menjalani hidup yang jauh dari nilai dan prinsip pribadinya. Semua itu hanya demi terlihat “cukup” di mata orang lain — cukup sukses, cukup menarik, cukup bahagia. Tapi di balik semua pencitraan itu, seringkali yang tersisa hanyalah kehampaan.

Ingatlah selalu: standar kebahagiaanmu tidak harus sama dengan ekspektasi mereka. Kebahagiaan bukanlah sesuatu yang bersifat universal, yang bisa diukur dengan satu alat ukur yang sama untuk semua orang. Apa yang membahagiakan orang lain belum tentu membahagiakanmu. Apa yang mereka anggap sebagai kesuksesan belum tentu sesuai dengan definisimu tentang kehidupan yang bermakna.

Ketika kamu terus-menerus mengejar validasi eksternal, kamu perlahan-lahan kehilangan arah. Kamu mulai lupa apa yang sebenarnya membuatmu hidup, apa yang sebenarnya membuat hatimu berdebar karena sukacita. Kamu berjalan, berlari bahkan, tetapi menuju tujuan yang bukan milikmu. Hidupmu menjadi seperti kapal tanpa nakhoda, terombang-ambing oleh ombak opini dan penilaian orang lain.
Berhentilah hidup untuk memuaskan pandangan orang lain. Itu adalah jalan yang melelahkan, dan pada akhirnya, tidak ada kebahagiaan sejati yang akan kamu temukan di sana. Fokuslah pada apa yang membuatmu bertumbuh sebagai pribadi. Fokuslah pada apa yang membuatmu merasa damai ketika malam tiba dan kamu menutup mata setelah menjalani hari panjang. Fokuslah pada apa yang membuat hatimu penuh dengan rasa syukur, bukan rasa kekosongan.