Krisis Seks Mengkhawatirkan di Cina, 2 Juta Populasi Diprediksi Hilang

Warga cina
Warga Cina

NusantaraInsight, Beijing Penurunan angka populasi Cina kian menggila. Salah satunya karena krisis seks yang semakin mengkhawatirkan.

Banyak anak muda China yang kesulitan mendapat pacar karena karakter yang pemalu atau kerap diistilahkan ‘socially awkward’. Untuk menanggulanginya, banyak lajang yang memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI).

Menurut laporan South China Morning Post pada 2024 lalu menyebutkan, marak beredar tool AI yang berperan sebagai ‘pelatih’ percintaan untuk meningkatkan kemampuan para lajang mencari pasangan.

Beberapa aplikasi yang ramai digunakan anak mudah China adalah ‘RIZZ.AI’ dan ‘Hong Hong Simulator’. Tool tersebut juga mengajarkan bagaimana cara membangun interaksi dengan gebetan atau pacar.

China Youth Daily Social Survey Center pada 2023 lalu melaporkan banyak anak muda China yang kurang memiliki keterampilan bersosialisasi. Alhasil, mereka kesulitan membangun pertemanan dan menciptakan interaksi yang nyaman.

Riset dari survei itu melibatkan 2.000 lajang di China. Sebanyak 60% mengaku hanya memiliki 2 atau 1 teman dekat.

Dengan ‘RIZZ.AI’, anak muda China bisa melatih diri agar tak gugup berinteraksi dengan orang lain. Sebagai informasi istilah ‘Rizz’ sendiri merupakan istilah untuk penyebutan ‘karisma’ yang banyak digunakan para Gen Z.

BACA JUGA:  Sahabat AMIN New York AS Gelar Deklarasi

Terbaru, dalam laporan Biro Statistik Nasional Beijing, populasi negara itu anjlok sekitar 2 juta orang.

Penyebab anjloknya adalah angka kelahiran yang tidak bisa mengejar angka kematian. Tren penurunan itu terjadi setelah lebih dari enam dekade mengalami pertumbuhan populasi.

Pada 2023, populasi China juga menurun mencapai 2,8 juta. Penurunan juga terjadi pada tahun sebelumnya, meski tak terlalu banyak sekitar 850 ribu.

“Populasi mencapai 1,408 miliar pada akhir tahun 2024, turun dari 1,410 miliar pada tahun 2023,” ujar laporan resmi itu dikutip AFP.

Kepala risiko negara Asia di BMI, Darren Tau mengatakan tren penurunan yang berlanjut bisa menjadi ancaman untuk angkata kerja China. Termasuk juga menghadapi pertumbuhan PDB pertahun selama 10 tahun ke depan.

Economict Intelligence Unit (EIU) mengatakan populasi akan menyusut pada 2050 menjadi 1,317 miliar. Kemudian akan kembali menurun hingga setengah mencapai 732 juta pada 2100.

“Tingkat kesuburan di negara ini menurun lebih cepat dibandingkan negara-negara lain di kawasan seperti Korea Selatan dan Jepang,” kata ekonom senior EIU, Tianchen Xu.

BACA JUGA:  Tim Medis MER-C Indonesia Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza

(Sumber: CNBC)