APINDO Sebut KTI Miliki Potensi Besar jadi Motor Penggerak Pembangunan Nasional

NusantaraInsight, Makassar — Kawasan Timur Indonesia (KTI) memiliki potensi besar untuk menjadi motor penggerak pembangunan nasional.

Namun, berbagai tantangan seperti kemiskinan, kualitas sumber daya manusia (SDM), dan rendahnya daya saing ekonomi masih menjadi hambatan utama. Dalam rangka menjawab tantangan tersebut, Yayasan Bakti bersama KONEKSI menggelar diskusi strategis di Four Points Hotel, Makassar, yang mempertemukan pemerintah, peneliti, dunia usaha, dan masyarakat untuk berkolaborasi menyelesaikan isu-isu krusial di KTI.

Acara ini dihadiri tokoh-tokoh penting, seperti Yusran Laituppa dari Yayasan Bakti, Dr. Alex Stephen, Konsul Australia, Dr. Ajeng Arum Sari, Direktur Pendanaan BRIN, dan Pingkan dari KONEKSI serta perwakilan dari pemerintah dan bank Sulselbar DR. Dian Angraini. Dari sektor swasta, hadir perwakilan KADIN, Andi Sulaiman dan Burhanuddin Kadir, serta Asrul Sani Abu dari APINDO Sulsel, yang mewakili Ketua APINDO Sulsel, Suhardi.

“Kolaborasi efektif antara pemerintah, swasta, peneliti, dan masyarakat adalah kunci utama untuk mendorong KTI menjadi lebih maju dan setara dengan kawasan barat Indonesia,” ujar Asrul Sani Abu.

BACA JUGA:  KPPN Sinjai Gelar FGD Dihadiri Bupati

Diskusi ini tidak hanya mengidentifikasi tantangan seperti rendahnya pendapatan, pertumbuhan ekonomi, kualitas SDM, mitigasi bencana, transformasi digital yang belum optimal, dan ketimpangan ekonomi dan gender dalam penelitian, tetapi juga menghadirkan peluang besar.

Dr. Alex Stephen menekankan pentingnya hubungan internasional antara Indonesia dan Australia, yang sudah terjalin selama 75 tahun. “Kolaborasi ini memberikan peluang besar untuk memperkuat riset, pendidikan, dan bisnis, khususnya di kawasan KTI,” katanya.

Pingkan dari KONEKSI memaparkan program hibah senilai 65 juta dolar hingga 2027 untuk mendukung penelitian yang relevan dengan isu strategis seperti perubahan iklim, ketahanan pangan, dan ekonomi biru. “Hibah ini dirancang untuk menghasilkan kebijakan nyata yang bisa diimplementasikan langsung di lapangan,” ujarnya.

Yusran Laituppa dalam sambutannya bahwa Yayasan Bakti telah merancang diskusi regional pada September 2025 untuk melibatkan semua stakeholder di KTI “Kami ingin memastikan semua provinsi memiliki ruang untuk menyampaikan masalah bersama dan mencari solusi untuk maju bersama,” katanya.

Sebagai tindak lanjut, acara ini melahirkan sebuah inisiatif konkret berupa pembentukan grup peneliti khusus KTI yang akan bertemu setiap dua bulan. Grup ini bertujuan:

BACA JUGA:  Pengumuman! Seluruh Masyarakat Pemilik Rumah Segera Melapor, Paling Lambat 31 Maret 2024

1. Menyelesaikan isu strategis: Fokus pada kemiskinan, pengembangan SDM, ekonomi hijau, transformasi digital, dan mitigasi bencana.