Catatan Manajemen: Cara Menjadi “Crazy”

Oleh Agus K Saputra

NusantaraInsight, Ampenan — Setidaknya ada empat hal penting yang harus dilaksanakan oleh BUMN di tengah lanskap bisnis yang penuh disruption (Hermawan Kartajaya dalam Ahmad Bambang, 2017 hal v-vi).

Pertama, BUMN membutuhkan kepemimpinan yang “gila”. Pemimpin ini harus mampu membaca peluang dan mengeksekusi peluang dengan cara kreatif. Langkah ini hanya bisa dilakukan bila pemimpin tersebut berperan layaknya seorang entrepreneur. Sekali melihat peluang langsung hantam. Jangan suka menunggu-nunggu layaknya manajer. Harus “gila” agar tidak repot kemudian.

Kedua, BUMN harus kreatif. BUMN yang notabene mengembang bisnis negara harus mampu mengimplementasikan taktif kreatif. Kreativitas di sini bukan sembarang ide baru. Kreativitas itu merupakan ide dikalikan dengan implementasi. Ide saja tanpa implementasi bukanlah kreativitas sebenarnya. Ide besar tetapi tidak bisa mengimplementasikan juga bukan kreativitas. Sementara, asal implementasi tanpa didukung dengan ide-ide baru dan segar juga akan sia-sia.

Ketiga, semangat melahirkan produktivitas. Produktivitas di sini bukan asal memproduksi barang sebanyak-banyaknya. Produktivitas merupakan nilai tambah bagi perusahaan. Artinya, semakin tinggi produktivitas, semakin tinggi pula nilai tambah perusahaan tersebut. produktivitas menjadi parameter dasar bahwa BUMN memang bekerja dan bukan sekedar bersantai-santai.

BACA JUGA:  Kadin Sulsel akan Promosikan KEK Bira - Takabonerate Lewat PSBM XXIV

Dengan produktivitas ini, segala sesuatu perlu dilakukan dengan efektif agar bisa mencapai tujuan dengan tepat. Segala Upaya perlu diwujudkan dengan cara yang efisien dan melalui pembangunan sumber daya secara optimal.

Keempat, karena dunia berubah sangat cepat dan permintaan pelanggan makin banyak alias demanding, BUMN pun harus gesit dan responsive. Kita kenal ungkapan time is money. Tapi, di era digital ini, semboyan itu terasa kuno. Waktu saat ini jauh lebih powerful ketimbang uang. Bahkan, boleh dibilang, waktu adalah power itu sendiri.

Demikian juga dalam persaingan yang mana pemenangnya adalah mereka yang bisa memberi delivery service kepada customer secara cepat atau yang mengusung semangat real time delivery. Jika BUMN biasanya suka menunggu, itu sudah kuno. BUMN harus cepat. Siapa cepat dia dapat!

Oleh karenanya, menurut Ahmad Bambang dalam bukunya Marketing Platform for BUMN (2017: hal. 72-75), jika mau bertahan dan jaya di zaman gila, strategi yang harus digunakan adalah strategi gila. Orang tua Jawa bilang, “Saiki zamane, zaman edan, nek ora melu edan, ora keduman.” Sekarang zamannya zaman gila, kalau tidak ikut gila, tidak akan kebagian. BUMN yang tidak ikut gila, tidak akan dapat pasar.