Fahmawati, Sekolah Ramah Anak dan Program Inovasi

Oleh: Rusdin Tompo (Pegiat Sekolah Ramah Anak dan Koordinator SATUPENA Provinsi Sulawesi Selatan)

NusantaraInsight, Makassar — Sekolah Dasar Negeri Kompleks Sambung Jawa, boleh dikata, salah satu SD yang terdepan dalam komitmen sebagai Sekolah Ramah Anak (SRA) di Kota Makassar. Sekolah di Jalan Baji Gau I Nomor 20 yang biasa disingkat SDN Kosamja itu, pada 17 Oktober 2017, mengadakan “Gerakan 1000 Komitmen Sekolah Ramah Anak”. Deklarasi SRA, kala itu, dihadiri langsung Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A), Tenri A Palallo.

Hanya saja, setelah deklarasi, Kepala SDN Kosamja, Fahmawati, S.Pd, butuh mitra untuk mengembangkan program-program SRA di sekolahnya. Kepala sekolah yang bergaya sporty dengan ciri suka mengenakan sepatu sneakers itu, lalu menyampaikan rencana mencari orang yang paham persoalan hak-hak anak. Dia mengutarakan niatnya itu kepada sahabatnya, Nasrul. Kepada Bu Fahma, Nasrul mengatakan, “Ke Kafe Baca mi, nanti di sana kita ketemu ahlinya.”

Pak Nas dan saya hari itu memang sudah bikin janji. Kami akan bertemu di Kafe Baca, Jalan Adiyaksa Nomor 2 Makassar. Pagi itu, Fahmawati singgah ngopi di kafe yang berada di kawasan BPPAUDNI (Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini) karena akan ikut kegiatan di Dinas Pendidikan Kota Makassar yang, ketika itu, masih berada di Jalan Letjen Hertasning.

BACA JUGA:  Baznas Makassar Serahkan Bantuan Pendidikan, ini Nilainya

Mungkin agak berlebihan kalau menyebut saya ahli. Namun, saya memang fokus pada isu hak dan perlindungan anak. Spesialisasi saya adalah media dan anak. Saya aktif sebagai pengurus di Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Sulawesi Selatan, sejak lembaga ini didirikan pada Desember 1998. Setelah itu, saya punya LSM sendiri, namanya LISaN. Kami pernah melakukan pendampingan Program Dewan Anak dan Wartawan Cilik di Takalar, Program Hak Partisipasi Anak di Jeneponto dan Makassar, serta Program Penanganan Pekerja Anak Berbasis Komunitas di sekitar Pasar Pannampu, Kota Makassar. Barangkali, itu jadi alasan Pak Nas menyebut saya ‘ahli’.

Begitu tiba di Kafe Baca, saya diperkenalkan kepada Bu Fahma. Beliau menyampaikan kegiatan sekolahnya terkait SRA dan rencana-rencana ke depan. Saya dan Nasrul kemudian diajak ke sekolahnya, hari itu juga, setelah beliau mengikuti meeting di Dinas Pendidikan. Pertemuan pertama kami itu terjadi pada 9 Januari 2018.

Setelah membuat konsep dan menyusun perencanaan, kami pun bersepakat untuk bekerja sama. Kami akan mengadakan kegiatan sebagai sebagai tindak deklarasi SRA lagi, karena pernah dilakukan sebelumnya. Pilihannya, kami mengadakan kegiatan Penguatan Program mencakup tiga aspek sekaligus, yakni Sekolah Ramah Anak, Sekolah Adiwiyata, dan Sekolah Model. Supaya “bunyi” maka perlu dicarikan suatu kegiatan yang bisa mengundang media massa datang meliput. Pilihannya, akan ada prosesi sebagai tanda penguatan program dilakukan.