K-Apel Gelar Diskusi Budaya Membaca-Membaca Budaya, Prof Mardi: Perlu Ada Ideologi Baru dalam Kebudayaan

K-Apel
Founder K-Apel Rahman Rumaday memberikan sertifikat kepada narasumber

Soal percampuran kebudayaan, sebut Mardi, itu adalah suatu keniscayaan. Kita tidak dapat menafikan, di samping kita membangun dan memperkuat pendidikan, kurikulum ditata kembali agar menjadi baik, ketahahan budaya dan teknologi. Melalui teknologi ada beban kebudayaan yang diperjuangkan.

“Gelombang K-Pop di Asia, itu luar biasa promosinya. Kita belum memiliki hal seperti ini. Kita harus pertahankan dalam membela budaya sebenarnya,” ujar Mardi, kemudian menambahan, juga memandang perlu adanya ruang baca di tempat-tempat publik, misalnya di mal. Di perpustakaan misalnya, juga terkadang ada pemertahanan budaya. Hal-hal seperti ini yang perlu kita sepakati dalam satu visi dan misi menggodok cara–cara pemertahanan kebudayaan itu.

“Selama ini yang berjuang mempersoalkan kebudayaan adalah seniman dan budayawan sendiri yang kebanyakan miskin secara ekonomis. Saya tahu persis bagaimana susahnya memperjuangkan dana di pemerintah daerah. Negara miskin dan berkembang kurang menghargai kebudayaan,” ujar Mardi yang belasan tahun menjadi Sekretaris Dewan Kesenian Makassar ini.

Acara ini diisi sambutan Sekretaris Camat Tamalanrea/Dewan Pembina K.Apel Saddam Musma, S.STP, M.Si, N.LP, Founder K-Apel Rahman Rumaday, S.I.Pem, dan Ketua K-Apel Suriati Tubi.
.

BACA JUGA:  Perayaan Hari Puisi Indonesia 2024: Dari Pidato Menteri Kebudayaan Hingga Pengumuman Penyair Adiluhung
br