Maudu Lompoa di SD Inpres Cilallang Makassar

NusantaraInsight, Makassar — Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1445 H di SD Inpres Cilallang, Kamis, 19 Oktober 2023, terasa berbeda di banding tahun-tahun sebelumnya. Peringatan Maulid Nabi yang bertepatan dengan Hari Jadi Sulawesi Selatan ke-354 itu, sarat dengan budaya Makassar.

“Sengaja tadi kami hadirkan pembacaan ayat suci Al-Qur’an dengan sari tilawah dalam bahasa Makassar karena kami sudah canangkan program inovasi sekolah bernama PUSAKA, yakni pelestarian budaya, bahasa, keaksaraan, dan sastra daerah,” kata Dra Hj Hasniah, Kepala UPT SPF SD Inpres Cilallang.

Dalam sambutannya, Hj Hasniah menambahkan, kalau di Takalar ada Maudu Lompoa di Cikoang, kita juga punya Maudu Lompoa di Cilallang. Semua ini, katanya, dapat berlangsung berkat bantuan, kerjasama, dan dukungan orang tua siswa dan guru-guru.

Tema peringatan maulid di sekolah yang berada di Kelurahan Buakana, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar itu, yakni “Melalui Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, kita budayakan Bahasa, Keaksaraan dan sastra (PUSAKA) Daerah Sulawesi Selatan sebagai inovasi SD Inpres Cilallang”. Tema ini, menurut Ketua Panitia, Darmawati, S.Pd.I, sejalan dengan program inovasi sekolah yang memang berkaitan dengan budaya Sulawesi Selatan.

BACA JUGA:  Pascasarjana Unpacti Makassar Siap Berkolaborasi Pemerintah Desa

Makanan khas maulid, seperti songkolo, kaddo minnyak, telur, ayam goreng dan bolu kambu, disajikan dalam wadah berupa perahu dan kapal Pinisi dalam ukuran lumayan besar. Juga wadah berupa masjid dan balla lompoa. Ada juga tepa yang dipesan dari Cikoang, Takalar. Tepa ini terbuat dari daun pohon lontar. Merupakan ciri khas acara maulid di Makassar.

Mariati, S.Pd, guru kelas 6B, menyampaikan, biasanya ada 5 macam tepa tapi ini hanya 2 yang ditampilkan. Isinya berupa songkolo, telur, kue baje, dodol, dan rengginang.

Setiap wadah, termasuk ember-ember yang berisi songkolo atau kaddo minnyak ditancapkan telur-telur yang berhiaskan kertas dan bunga warna-warni. Di setiap wadah itu diterakan juga aksara lontaraq, yang merupakan aksara Sulawesi Selatan.

Ibu Suhartini, orang tua dari Fahmi, murid kelas 3B, menuturkan bahwa kelas anaknya mempersiapkan wadah berupa rumah adat balla lompoa, dalam beberapa hari. Menariknya, di depan Balla Lompoa itu ada orang bermain paraga. Bahannya terbuat dari karton, bangunannya pakai pattodo, sehingga tampak seperti asli.

BACA JUGA:  Drs Andi Alimuddin M.Si Pjs Rektor Universitas Teknologi Sulawesi

Karena perayaan ini mengangkat semangat pelaksanaan program inovasi PUSAKA, maka sambutan kepala sekolah banyak menggunakan bahasa Makassar. Setiap kali Hj Hasniah menyebut Maudu Lompoa di Cilallang, yang berarti perayaan Maulid besar, langsung terdengar riuh tepuk tangan. Ketua Komite Sekolah, H Azis Undjung, juga menyampaikan sambutan dalam bahasa Makassar.

Iklan Amri Arsyid