Keajaiban dan Peristiwa Gaib “I Tuo & Condong”

Dia memilih La Galigo sebagai bahan disertasinya, namun Prof. Mattulada –co-promotornya — melarangnya dengan alasan NR tidak mampu menyelesaikan studinya tepat waktu. Mattulada melihat, sulitnya membaca naskah La Galigo yang ditulis dalam Bahasa Bugis Kuno. Namun jiwa petarung NR tidak pupus. Sembilan belas naskah yang ditemukan, rata-rata 200 halaman dalam ilmu filologi harus dibaca, dibandingkan lalu dipilih satu naskah untuk edisi teks. (hlm 131).
NR pun berhasil meraih gelar doktor di saat Indonesia sedang didera krisis moneter (krismon), bertepatan dengan lengsernya Soeharto sebagai presiden selama 32 tahun.

Sebenarnya, masih banyak kisah I Tuo & Condong yang menarik di bagian terakhir ini, namun saya sisakan untuk pembaca membacanya sendiri. (M.Dahlan Abubakar).

br
BACA JUGA:  Prof.Dr.Ahmad Thib Raya, M.A. Di Bima, Tiap Desa Miliki Kebanggaan
br