Keajaiban dan Peristiwa Gaib “I Tuo & Condong”

 

Judul : AKU di Antara Santri dan Tradisi
Penulis :Prof.Dr. Nurhayati Rahman, M.S.
Editor : Yudhistira Sukatanya
Penerbit : Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Tahun Terbit : 2024
Tebal : 194 halaman

NusantaraInsight, Makassar — Untuk meresensi sebuah buku, sejatinya kita harus membaca tuntas halaman isi buku. Tetapi saya tidak melakukannya. Saya hanya memilih beberapa judul yang dapat merepresentasikan isi buku ini. Lagipula, Prof.Dr.Nurhayati Rahman, M.S. – sang penulis – yang selanjutnya saya singkat NR – telah membagi kisah dan autobiografinya ke dalam empat bagian besar. Dari empat bagian ini akan memandu para pembaca untuk dapat menyimak perjalanan hidup NR.

Bab besar buku ini terdiri atas I: Ihwal Kelahiranku yang terdiri atas judul-judul kecil masing-masing: Keajaiban Masa Kecilku, Manjadi Orang Kota, Sang Cahaya Kehidupan, Menimba Ilmu Mengaji, Masa Kecil yang ‘Awut-awutan’, Menjadi Penulis Cilik, Tantangan Menjaga Kehormatan, Pesantren Seperti Penjara, Guru Inspirasi Kehidupan Spiritualku, dan Haru Biru Masa Remajaku.

Judul Besar II bertajuk Kenangan pada Ayah, mencakup judul-judul kecil: ‘Larumange’ Negeri Para Pemberani, Ayah Menimba Ilmu di Pulau Salemo dan Mangkoso, Ayah Menuntut Ilmu di Mekkah, Ayah Menjemput Takdir, Batu pun Bisa Mengapung, Berilya di DI-TII, Ancaman Dibunuh PKI dan Enggan Masuk Golkar, dan Para Habaib di Sekitar Ayah.

BACA JUGA:  SD Negeri Borong Makassar Gelar Karya P5

Judul Besar III: Kenangan pada Ibuku, terdiri atas judul-judul: Lembar Kenangan pada Ibuku, Ibuku ‘Makkunrai Malebbihq’, Ajaran Menjadi Wanita Salihah dan ‘Malebbiq’, dan Lebaran yang Paling Ditunggu.

Judul Besar IV: Lembar Kenangan di Almamaterku, mencakup : Fakultas Sastra Unhas Almamaterku, Aku dan Peristiwa Gaib di Sekitarku, Mempelajari Kitab La Galigo, Folologi Pelabuhan Ilmuku, Dokter Krismon, Menjadi Ilmuwan, Bagai Melihat Cabikan Daging Manusia, Gerakan Revitalisasi Kebudayaan, Menjadi Petarung Sejati, Aku dan Stigma Jam Karet, Sitti Galigo, Sejumput Kenangan pada Tineke Zurie, dan ‘Sandwich’ Program di Leiden.

Dari empat judul besar ini, secara acak saya memilih beberapa judul yang saya anggap dapat mewakili catatan ini. Apa yang saya lakukan ini semata-mata untuk menyiasati hasrat menulis resensi ini dan dapat dibaca oleh khalayak. Dengan mengungkap penggalan-penggalan isi judul tersebut diharapkan pembaca akan mencari selengkapnya di buku yang mungkin hanya beberapa jam saja dapat tuntas dibaca ini.

I Tuo & I Condong

Nurhayati Rahman, anak kedua dari tujuh bersaudara pasangan AG., K.H.Abd.Rahman Mattammeng-Hj Andi Zubaidah Daeng Baji, dilahirkan di Bone 29 Desember 1957. Dia lahir di tengah orang tuanya mengharapkan hadirnya seorang putra, karena ketiga kakaknya perempuan. Karena dua kakaknya, satu kakak kandung dan satu kakak dari ibu yang lain, sehingga ayah memberinya nama ‘I Tuo’.