NusantaraInsight, Makassar — Sebagai upaya pemertahanan aksara dan bahasa daerah diperlukan proses belajar mengajar yang bervariasi, kreatif, menarik, interaktif, dan menyenangkan. Perlu pula merancang kegiatan-kegiatan yang lebih mendekatkan seni dan budaya ke dalam aktivitas sehari-hari anak-anak, terutama selama di sekolah.
Hal ini mengemuka dalam kegiatan Bimbingan Teknik (Bimtek) Program Inovasi PUSAKA (Pelestarian Budaya, Bahasa, Keaksaraan, dan Sastra Daerah) di SD Inpres Cilallang, Jalan Cilallang Jaya, Kota Makassar, Rabu, 4 September 2024. Bimtek ini menghadirkan dua narasumber, yakni Dr Sumarlin Rengko HR, M.Hum dan Rusdin Tompo.
Sumarlin Rengko, pengajar pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin (FIB Unhas) menekankan pentingnya menggunakan media pembelajaran yang sesuai gaya belajar peserta didik. Fungsi media pembelajaran ini untuk membangkitkan motivasi belajar, mengulang apa yang dipelajari, menyediakan stimulus belajar, serta respons dan umpan balik.
Media visual yang digunakan, kata Sumarlin Remgko, bisa berupa gambar dan foto-foto yang bercerita dan punya konteks budaya. Bisa pula berupa video dan poster yang memberi informasi terkait bahasa daerah. Untuk media audio, disarankan menggunakan lagu daerah, cerita rakyat atau dialog bahasa daerah. Di samping menggunakan media cetak berupa buku teks dan buku bacaan bahasa daerah, seperti cerita anak, dan puisi.
Kepala UPT SPF SD Inpres Cilallang, Dra Hj Hasniah, mengungkapkan bahwa sekolahnya mengembangkan program inovasi PUSAKA karena prihatin pada penggunaan bahasa daerah yang tidak lagi menjadi alat komunikasi dalam aktivitas dan pergaulan anak-anak. Apalagi anak-anak di Kota Makassar, dengan latar belakang bahasa dan budaya berbeda.
Hj Hasniah bersyukur program inovasi PUSAKA telah lolos Innovative Government Award (IGA), dan akan diikutkan dalam Lomba Innovative Mayor Award (IMA) 2024. Lomba IMA 2024 ini diadakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kota Makassar. Program PUSAKA ini, kata Hasniah, tinggal diimplementasikan agar apa yang jadi tujuannya bisa tercapai.
Rusdin Tompo, pegiat Sekolah Ramah Anak (SRA), yang mendampingi SD Inpres Cilallang dalam mengembangkan program inovasi PUSAKA memaparkan, beberapa kegiatan sudah dilakukan sekolah yang berada di Kelurahan Buakana, Kecamatan Rappocini tersebut.
Misalnya, saat jumat ibadah, anak laki-laki akbida (mengenakan sarung) dan assulengka (duduk bersila). Sekolah juga menggelar kegiatan Maudu Lompoa ri Cilallang, tahun lalu. Terkait budaya, pilar-pilar sekolah juga diberi motif ragam hias yang biasa ditemukan pada lipak sakbe (sarung sutra).